Baca Juga: Tak Hanya Berpahala, Puasa di Bulan Ramadhan Ternyata Dapat Kurangi Risiko Obesitas
Seperti kurangnya gerak, halusinasi dapat terjadi saat bangun atau tertidur. Terkadang beberapa orang melaporkan bahwa mereka mengalami euphoria atau perasaan senang, saat mengalami sleep paralysis.
Meski begitu, pasien sleep paralysis umumnya merasa takut, cemas, tertekan, dan panik. Hal itu terjadi karena kondisi ini mengaburkan garis kesadaran antara tidur dan terbangun.
Walau terkesan menakutkan, sleep paralysis biasanya tidak menyebabkan bahaya yang serius bagi penderitanya. Namun, kejadian ini tentu akan mengganggu kualitas tidur seseorang.
Oleh karena itu, perhatian yang besar harus diberikan agar penderita terhindar dari efek kesehatan sekunder akibat gangguan tidur atau kualitas tidur yang buruk.
Baca Juga: Video Promosi Jujutsu Kaisen Season 2 Rilis! Cek Tanggal Mulai Tayangnya
Penyebab Sleep Paralysis
Meskipun kondisi ini dapat terjadi tanpa penyakit yang mendasar, peningkatan risiko sleep paralysis terjadi dengan beberapa penyakit.
Misalnya, tinjauan sistematis pada tahun 2018 menemukan bahwa mereka yang mengalami gangguan stres pascatrauma (PTSD) memiliki risiko sleep paralysis yang sangat tinggi.
Mereka yang mengalami gangguan panik umum juga mengalami kondisi ini, meskipun pada tingkat yang lebih rendah.
Baca Juga: Kamu Wajib Tahu! Ini 6 Panduan Puasa Ramadhan bagi Penderita Diabates