PR TASIKMALAYA – Sleep Paralysis atau kelumpuhan tidur, mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk menggerakkan otot saat tertidur atau bangun.
Otot-otot tubuh menerima sinyal dari otak untuk rileks saat tidur. Namun, apa jadinya jika otot Anda tidak mendapatkan sinyal untuk bergerak setelah terbangun dari tidur?
Ketika seseorang terbangun dari tidur, dan mampu merasakan situasi di sekitar, namun tidak bisa menggerakkan tubuhnya, tentu saja bisa menjadi sebuah peristiwa yang sangat menakutkan.
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Health News, diketahui kurang lebih 8% populasi manusia mungkin mengalami sleep paralysis seumur hidup mereka.
Baca Juga: Selain Kim Jung Hyun, 2 Aktor Tampan Ini Ikut Berperan dalam Kokdu: Season of Deity
Sleep paralysis atau di Indonesia disebut dengan ketindihan berkaitan dengan kondisi medis, termasuk PTSD, gangguan panik, faktor genetik, dan penyalahgunaan zat.
Bagi banyak orang sleep paralysis terjadi tanpa kondisi medis mendasar yang signifikan. Ini dapat dicegah dengan mengenali tanda-tandanya, dan memastikan tidur dalam kondisi yang baik.
Gejala Sleep Paralysis
Ketika seseorang mengalami sleep paralysis bangun atau tertidur, mereka tidak dapat menggerakkan kaki, kepala, tangan, atau tubuh lainnya.