Usai sampah terkumpul, selanjutnya anggota memilah sampah, seperti memisahkan sampah jenis botol, kardus, marga, besi, botol kaca, botol plastik, minyak jelantah.
“Jika sudah banyak, dijual. Biar kita mandiri keuangan,” beber Faesal.
Ia mengemukakan, alasan merekrut anggota dari kalangan muda karena mereka merasa geram dengan masyarakat yang belum sadar untuk membuang sampah pada tempatnya.
Baca Juga: Pajang Karikatur Cabul Erdogan, Pejabat Turki Kutuk Keras Majalah Charlie Hebdo
Padahal membuang sampah pada tempatnya ialah tindakan sederhana. Maka pemuda pun bergerak untuk peduli gerakan tersebut.
“Termasuk mengapa kita memberikan beasiswa pendidikan kepada anak SMA. Karena kita ingin agar mereka dari SMA berpikir untuk mencintai lingkungan,” lanjutnya.
Jumlah sampah yang terkumpul biasanya dijual sebulan sekali. Dengan jumlah sampah yang dikumpulkan, seperti minyak jelantah 100 kg, dan sampah lainnya hampir 200 kg.
Baca Juga: Polda Sulsel Musnahkan 14,6 Kg Sabu, Kapolda: Akumulasi dari Kasus Pengungkapan Narkotika
Di Hari Sumpah Pemuda, ia berharap semakin banyak pemuda yang peduli lingkungan. Setidaknya hal itu akan membuat Kudus lebih bersih. Bahkan, sebagai anak muda dia mengajak agar pemuda melakukan apa yang bisa dilakukan.
“Tidak usah menunggu hal lain. Lakukan sebisa mungkin, walaupun ada keterbatasan,” sambungnya.