Pengembangan Obat Modern Asli Indonesia Jadi Fokus Kemenperin

- 14 Oktober 2020, 16:32 WIB
Ilustrasi obat.*
Ilustrasi obat.* /Pexels./

PR TASIKMALAYA – Industri obat dan farmasi di Indonesia harus terus dikembangkan dan diinovasi.

Bukan saja untuk mengurangi biaya impor, melainkan sebagai upaya meningkatkan kualitas dan kuantitas obat di Indonesia.

Terlebih obat merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh pelayanan jasa kesehatan maupun masyarakat.

Baca Juga: BNPB Minta Alat Peringatan Dini Bencana Harus Dipelihara

Hal ini tentu menjadi fokus Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dalam mengembangkan industri farmasi di Tanah Air.

Pengembangan ini bertujuan agar Indonesia bisa mandiri dan berdaya saing melalui pengembangan obat modern asli dari dalam negeri.

Menurut Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Doddy Rahadi, Indonesia memiliki keanekaragaman hanyati terbaik seperti jahe, lempuyang, pala, nilan, dan lainnya.

Baca Juga: Terkonfirmasi Positif Covid-19, Ronaldo Absen Bela Juventus

Hal tersebut, lanjut Doddy, bisa menjadi modal utama dalam membangun kemandirian untuk memproduksi obat.

Melalui keterangan tertulisnya, Ia menyampaikan bahwa pihaknya mendorong pengembangan obat tradisional menjadi Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) berupa Obat Herbal Terstandar (OHT) dan Fitofarmaka.

Untuk itu, sejumlah satuan kerja di bawah BPPI dipacu untuk meningkatkan kegiatan litbang agar bisa menghasilkan inovasi yang dibutuhkan.

Baca Juga: 155 Orang Diamankan dalam Demo Tolak UU Ciptaker, Dua di Antaranya Adalah Pelajar SD

“Contohnya adalah Balai Besar Kimia dan Kemasan (BBKK) Jakarta yang memiliki kompetensi dan pengalaman di bidang tersebut, termasuk untuk mengembangkan fasilitas produksi guna mendorong pertumbuhan industri OMAI,” ucap Doddy.

Saat ini BBKK Jakarta sedang merancang pembangunan fasilitas House of Wellness yang bakal dilengkapi dengan mini plant bersertifikasi Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), smart laboratory (R&D serta QC), Centre of Essential Oils (Learning Factory dan Laboratorium Essential Oils Authentication) dan soft computing room.

“Program ini termuat dalam roadmap pengembangan fitofarmaka BKK 2021-2026,” ungkapnya.

Baca Juga: SBY dan AHY Dituding Menggerakkan Demo UU Ciptaker, Mahfud MD: Kami Tak Pernah Bilang Mereka Dalang

Direncanakan tahun 2021 akan dibangun prasarana gedung dan penunjangnya, dengan mengikuti standar CPOTB.

Kemudian dilanjutkan tahun 2022, membangun instalasi peralatan dan sertifikasi CPOTB.

“Pada tahun 2023, nantinya sudah dapat memproduksi ekstrak bahan alam serta mengembangkan smart laboratory,” jelas Doddy.

Baca Juga: Langkahnya Ingin Diikuti Kader Demokrat Lain, Ferdinand Hutahaean: Saya Kaget Ada yang Mau Mundur

Pada tahun 2024, diharapkan OHT sudah dapat diproduksi. Sedangkan pada tahun 2026 sudah dapat menghasilkan fitofarmaka.

“Dalam pengembangan produk OMAI ini tentunya membutuhkan dukungan dan kerja sama dengan pihak terkait lainnya melalui kolaborasi dengan lembaga litbang, industri obat tradisional atau farmasi dan stakeholder lainya,” tuturnya.

Di lain pihak, pada kunjungan kerjanya ke BKK Jakarta pada Selasa, 13 Oktober 2020, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menegaskan pihaknya bertekad untuk semakin memperkuat struktur manufaktur dan meningkatkan daya saing industri farmasi dan alat kesehatan.

Baca Juga: Pemerintah Provinsi Jawa Barat Rekrut Relawan Medis untuk Ditempatkan Di Depok

Oleh karenanya, kedua industri strategis tersebut, telah dimasukkan ke dalam sektor tambahan yang mendapat prioritas pengembangan pada peta jalan Making Indonesia 4.0.

“Salah satu yang sedang difokuskan dalam membangun sektor industri nasional adalah ketersediaan bahan baku dan bahan penolong. Ini salah satu isu strategis yang sedang menjadi perhatian kami,” imbuhnya.

Ia juga menegaskan, kemandirian Indonesia di sektor industri farmasi dan alat kesehatan merupakan hal yang penting, terlebih dalam kondisi kedaruratan kesehatan seperti saat ini.

Baca Juga: Ingatkan Wisudawan untuk Bangun Integritas Diri, Sri Mulyani: Uang Adalah Godaan yang Besar

Demikian, diharapkan program pengurangan angka impor hingga 35 persen pada akhir tahun 2022.

Kemenperin mencatat pada triwulan I tahun 2020, industri kimia, farmasi dna obat tradisional tumbuh positif sebesar 5,59 persen.

Di samping itu, industri kimia dan farmasi juga menjadi sektor manufaktur yang menyetor nilai investasi cukup signifikan pada kuartal 1-2020 dengan pencapaian Rp9,83 triliun.***

 

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x