Indonesia Punya Anak Berpostur Pendek Terbanyak Kelima di Dunia Akibat Stunting, Ketahui Dampaknya

28 Januari 2020, 13:19 WIB
Ketahu dampak terjadinya stunting pada anak //Pixabay/ Cherylholt

PIKIRAN RAKYAT- Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi yang berdampak serius terhadap tingkat kualitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Salah satu masalah gizi yang menjadi perhatian utama saat ini adalah masih tingginya anak balita berpostur pendek atau stunting.

Dalam momentum peringatan Hari Gizi Nasional pada Senin, 27 Januari 2020 di Jakarta, Bunda PAUD Atalia Ridwan Kamil mencanangkan tiga program untuk mengurangi stunting.

Baca Juga: Berasal dari Monyet hingga Primata, Simak 4 Virus dengan Tingkat Kematian di Atas 80% yang Pernah Gempar seperti Corona

Program yang dicanangkan oleh istri Gubernur Ridwan Kamil ini menyasar pada 13 Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki populasi stunting cukup tinggi.

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan RI (Riskesdas Kemenkes RI) pada tahun 2018, balita dengan status gizi sangat pendek dan pendek mencapai 30,8 persen. 

Hasil dari riset tersebut membuat Indonesia menempati peringkat kelima dunia dengan jumlah anak pendek terbanyak.

Baca Juga: 14.000 Butir Ekstasi Dibuang dari Lantai 20 Sebuah Apartemen, Sang Bandar Besar Tetap Diciduk

Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Journal Determination of stunting in Indonesia Children, ada beberapa dampak yang akan dirasakan anak yang mengalami stunting.

Paling parah adalah adanya risiko kematian anak. Stunting juga akan berdampak buruk pada kognitif dan pengembangan mototrik anak, dimana kinerja berpikir mereka akan turun.

Tak hanya itu, stunting juga dapat meningkatkan risiko kelebihan gizi, penyakit tidak menular, dan mengurangi produktivitas masa dewasa.

Baca Juga: Pembajakan Whatsapp Kian Marak, Polri Bagikan 5 Tips untuk Menghindarinya

Dampak stunting yang dirasakan anak saat dewasa, membuat para orangtua khawatir dengan aktivitas sekolah anak, terutama tingkat kecerdasan.

Kekhawatiran itu dapat di minimalisir dengan kesadaran para orangtua untuk lebih peka pada hal-hal yang dapat menyebabkan stunting.

Kesaran tersebut bisa dimulai dari masa kehamilan hingga pertimbangan angka kecukupan gizi pada saat pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu atau MPASI.

Baca Juga: Punya Gejela yang Sama, Cari Tahu Perbedaan Antara Pilek, Influenza, dan Virus Corona

Pada tahun 2014, WHO menjelaskan empat penyebab terjadinya stunting pada anak, yaitu faktor keluarga dan rumah tangga, pemberian makan yang tidak adekuat, pemberian ASI, serta penyakit atau infeksi.

Keempat masalah utama tersebut disebabkan oleh beberapa faktor sosial dan komunitas, seperti politik dan ekonomi serta kesehatan, pendidikan, kultur sosial, sistem pangan dan agrikutur, sanitasi, serta lingkungan.

Di Indonesia sendiri, layanan kesehatan yang berkaitan untuk pencegahan dan pemahaman stunting masih dirasa belum cukup, sehingga seluruh stakeholder harus sama-sama bertanggungjawab atas hal ini.

Baca Juga: Kerahkan Ribuan Anak untuk Manasik Haji, Bupati Tasikmalaya: Generasi Qurani Jadi Harapan Saya

Terutama, dalam dunia kesehatan diperlukan adanya peningkatan layanan kesehatan termasuk ante natal care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) dan post natal care (pembelanajaran dini yang berkualitas).

Sehingga masalah stunting atau anak berpostur pendek dapat dicegah sedini mungkin pada saat ibu mengandung bayi.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Journal Determination of stunting in Indonesia Children

Tags

Terkini

Terpopuler