Network
PR TASIKMALAYA - Najwa Shihab baru-baru ini membahas terkait pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) bersama seorang aktivis lingkungan Pradana Rupang.
Pada momen itu, Najwa Shihab menyebutkan pernyataan Bupati Penajam Paser Utara (PSU), Abdul Gafur Mas'ud, bahwa sekolah di Kalimantan Timur (Kaltim) akan lebih baik pasca pembangunan IKN.
Pernyataan terkait sekolah itu lantas disikapi oleh sang aktivis lingkungan terkait pembangunan IKN tersebut.
Pradana Rupang menuturkan bahwa proses kolosal memang terjadi di Kalimantan Timur.
Baca Juga: Sinopsis dan Link Nonton 'Melancholia' Episode 10: Awal Kisah Romantis Ji Yoon Soo dan Baek Seung Yoo
"Di sisi lain sebenarnya bahwa letak proses kolosal pembongkaran memang ada di sini ya," tutur Pradarma Rupang yang dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Kanal YouTube Najwa Shihab, pada Kamis, 9 Desember 2021.
"Memang di wilayah-wilayah lain itu, iya akan menjadi hadir,mungkin skala-skala properti yang sebenarnya masyarakat akan menjadi penonton," ujarnya.
Pradana Rupang menuturkan masyarakat Suku Balik yang melihat pembangunan IKN tersebut berpandangan akan hadirnya Suku Betawi dan Jakarta.
Sementara itu, menurutnya, proses pembangunan IKN itu tidak melibatkan masyarakat setempat.
Baca Juga: Sinopsis Film Yuni, Tayang Hari Ini, Ada Kisah Gadis Desa yang Ingin Mendobrak Budaya
"Dia akan terpinggirkan dan tidak dilibatkan dalam proses produksi, harusnya tidak hanya menjadi penonton saja," ungkapnya.
"Tadi kan Pak Bupati bilang, justru dengan adanya pembangunan ini, akan ada akses rumah sakit jauh lebih baik," ujar Najwa Shihab menyikapi pernyataan sang aktivis lingkungan.
Lebih lanjut, Najwa Shihab menuturkan bahwa pembangunan IKN itu akan berdampak pada sekolah yang jauh lebih banyak.
"Apakah itu tidak melihat ke arah sana, Pak?" tanya Najwa Shihab kepada Pradana Rupang.
Baca Juga: Najwa Shihab Kulik Draft Terkait IKN, Tokoh Masyarakat Ungkap Tak Punya Legalitas: Nggak Pernah Kami Diajak
"Harusnya, pembangunan hadir untuk dimanusiakan dulu manusianya, misalnya apakah bisa masyarakat, pemuda-pemuda Suku Balik, Sepaku mampu berkompetisi dengan para sarjana," tuturnya.
Sementara itu, sang aktivis lingkungan mengaku tidak yakin akan terjadinya kompetisi tersebut.
"Karena, mereka belum mendapatkan fasilitas yang setara dulu," tuturnya.***
