Geram Menteri Kehutanan Malam Urusi Food Estate, Dedi Muyadi: Fokus Ke Hutan, Nggak Boleh Mikirin yang Lain

- 7 April 2021, 14:10 WIB
Tanggapi bencana alam yang melanda Indonesia,  Anggota DPR RI, Dedi Mulyadi geram Menteri Kehutanan malah urusi Food Estate.*
Tanggapi bencana alam yang melanda Indonesia, Anggota DPR RI, Dedi Mulyadi geram Menteri Kehutanan malah urusi Food Estate.* /Instagram/@dedimulyadi71/.*/Instagram/@dedimulyadi71

Baca Juga: Sampaikan Duka Cita Atas Nama Ketum Demokrat, Yan Harahap Beri Sindiran Menohok Kepada Moeldoko

"Bandung Selatan sudah hancur, Garut Selatan sudah hancur, Bandung Utara udah hancur, kita mau nunggu kehancuran dimana lagi?. Kehancurannya mau dilebarkan ke Kalimantan?, dilebarkan ke Sumatera?, Gak cukup derita yang dialami oleh orang Jawa?," lanjutnya.

Dedi Mulyadi menambahkan bahwa negeri ini harus tetap berlangsung dan berkesinambungan kendati pejabat seperti menteri dan Presiden terus berganti.

"Negeri ini harus berkesinambungan, gak berakhir di kita, menteri boleh ganti, Presiden boleh ganti, tapi Indonesia harus terus. Logika kita ini terlalu luar negeri padahal yang dimakan itu beras luar negeri," ucapnya.

Baca Juga: Sebut Toleransi Jadi Sesuatu yang Rumit Sejak Dipimpin Jokowi, Arief Munandar: Dulu Nggak Ada yang Begini

Kemudian, Dedi Mulyadi juga menyindir para pejabat yang lebih sibuk mengurusi program pribadi dan hanya terpusat di Jakarta.

"Semua kita hanya berkutat pada program kita masing-masing, semuanya adalah hanya di Jakarta, agar dipuji di Jakarta, rakyat gak keurus," ujarnya.

Dedi Mulyadi mengatakan bahwa seandainya keadaan demikian terus berlanjut, Tanah Negara dialihfungsikan makan sesuatu saat tidak akan lagi ditemukan kebun bambu, kebun jati dan semua orang berfikir hanya ekonomi.

Baca Juga: Hari ini, 7 April Diperingati sebagai Hari Kesehatan Dunia

"Berubah jadi perumahan, berubah jadi perkantoran, berubah jadi Industri, akhirnya nanti Indonesia dalam jangka panjang yang mahal itu adalah oksigen, yang mahal adalah hidup tenang, yang mahal adalah lingkungan yang tertata, yang mahal itu adalah air bersih, yang mahal itu adalah hidup yang sehat pada lingkungannya yang memiliki basic konservasi," tandasnya.*** (Rizwan Suandi/Galajabar.Pikiran-Rakyat.com)

Halaman:

Editor: Arman Muharam

Sumber: Galajabar


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah