PR TASIKMALAYA - Buku seringkali dianggap sebagai jendela dunia, tetapi semakin berkembangnya zaman membaca buku menjadi hal yang asing dilakukan. Padahal membaca buku sangatlah penting untuk meningkatkan literasi.
Inilah tantangan yang dihadapi banyak penggiat literasi dan pembaca di seluruh dunia. Bagaimana menyulap buku menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar hal yang harus dilakukan, menjadi sesuatu yang diinginkan, dinantikan, dan dinikmati.
Inilah perjalanan kita untuk menjadikan buku sesuatu yang menyenangkan, membangun kembali ikatan antara masyarakat dan literasi dalam era digital yang penuh distraksi ini.
Penulis buku, Maman Suherman, berpendapat bahwa perubahan literasi diperlukan agar buku menjadi menarik dan meramaikan kehidupan orang yang membacanya.
Baca Juga: BKKBN: Silakan Wanita Punya Anak Ketika Berusia 25-30 Tahun
Ia mengatakan, transformasi perpustakaan berbasis inklusi sosial merupakan salah satu cara menunjang kehidupan masyarakat melalui buku sehingga dapat meningkatkan daya beli mereka. Misalnya tingkat perekonomian di bidang pertanian, penyerapan tenaga kerja.
Memiliki buku-buku tentang pertanian akan sangat diperlukan bagi masyarakat agar buku-buku yang dimilikinya memiliki nilai ekonomi.
Selain itu juga harus ada sesuatu yang menarik, membangkitkan kecintaan masyarakat terhadap membaca seperti pameran, dialog antar penggiat buku atau pertunjukan musik agar masyarakat yang datang ke perpustakaan tidak merasa risih hanya dengan melihat-lihat buku.
Perpustakaan Nasional juga menyelenggarakan Festival Sastra Kepulauan yang banyak menampilkan pameran manuskrip dan alat musik.