Santri Cerdas Jadi Target Kelompok Teroris Jamaah Islamiyah untuk Direkrut Menjadi Anggota Muda

- 28 Desember 2020, 21:05 WIB
Ilustrasi teroris*
Ilustrasi teroris* /pixabay.com/TheDigitalWay

PR TASIKMALAYA - Tim Densus 88 anti teror telah membongkar salah satu dari 12 pusat latihan teroris kelompok jaringan Jamaah Islamiyah atau JI yang berada di di Desa Gintungan, Bandungan, Semarang, Jawa Tengah. 

Kelompok teroris Jamaah Islamiyah ini telah merektrut generasi muda sejak tahun 2011 sampai tahun 2018 dengan total 96 orang anggota dari 7 angkatan.

Irjen Pol Argo Yuwono selaku Kadiv Humas Mabes Polri menjelaskan pelatihan gaya militer dilakukan kepada generasi muda yang direkrut menjadi anggota Jamaah Islamiyah dengan pelatihan berupa upaya penyergapan serta perakitan Bom.

Baca Juga: DO EXO akan Segera Kembali dari Wamil, Tagar WelcomeHomeKyungsoo Masuk Trending Topik Twitter

Dalam melakukan perekrutan, pimpinan jaringan ini meminta agar merekrut anak-anak santri yang memiliki ranking 1-10 di Pondok Pesantren serta memiliki IQ yang cerdas.

“Jadi target pimpinan (JI) ini merekrut anak-anak muda lulusan terbaik dengan ranking 1-10 di beberapa Pondok Pesantren Pulau Jawa dan pulau lainnya. Target itu dilakukan, agar generasi muda ini semakin mudah untuk memahami apa yang didoktrin oleh pemimpinnya,” ungkap Irjen Argo Yuwono, Senin 28 Desmeber 2020 dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari laman PMJ News

Perekrutan santri dengan IQ terbaik dari beberapa pondok pesantren juga dibenarkan oleh Joko Priyono alias Karso selaku pelatih kepala Sasana JI di Semarang berdasarkan amanah dari pemimpinnya.

“Saya diamanahkan oleh pimpinan kami Para Wijayanto untuk melatih anggota muda generasi kita (JI). Kita rekrut dari beberapa pondok yang agamanya bagus dan pintar. Targetnya ranking 1-10 di pondok pesantrennya. Karena Mumin (Keagamaannya Bagus) kan lebih mudah dicintai," kata pelatih yang dipanggil Karso ini.

Baca Juga: Tanggapi Tindakan Asusila Nakes dan Pasien Covid-19, HNW: Mestinya Bertaubat Malah Berbuat Maksiat

Meskipun terdapat anak-anak dengan kelulusan yang berada pada ranking 10-20 hal tersebut tidak terlalu dipermasalahkan karena hal penting adalah perekrutan anak-anak generasi muda yang mau melaksanakan pelatihan serta ajaran yang sudah disiapkan oleh kelompok tersebut.

“Dari lulusan beberapa pondok ini tujuan kita ingin membentuk kepemimpinan masa depan yang memahami realita jihad,” urai Karso.

Karso menurutkan pelatihan awal adalah bela diri dalam membentuk anggotanya selama enam bulan sekelas atlet termasuk pelatihan menggunakan pedang dan samurai.

Selama pelatihan dalam satu bulan biaya yang dibutuhkan untuk membayar 8 pelatih serta baya makan sehari-hari dan kebutuhan lainnya membutuhkan sekitar Rp 65 juta. 

Baca Juga: Inna Lillahi, Wakil Ketua MPR Beritakan Kabar Duka dan Berikan Doanya

Karso menambahkan, untuk mendapatkan dana bagi JI didapatkan dari infaq oleh anggotanya dengan minimal infaq Rp 100.000, saat kepemimpinan oleh Para Wijayanto, Jamaah Islamiyah terdapat jumlah anggota sampai 6.000. 

“Zaman Pa Para ada enam ribu (6.000) anggota kami. Satu anggota infaq Rp 100.000. Itu saja bisa Rp 600 juta. Belum lagi sumbagan lainnya, ada donatur yang beri Rp 25 juta sampai Rp 100 juta. Jadi bulanan kami dari situ dan dana infaq itu juga untuk mengirim anggota ke Suriah. Satu angkatan dibutuhkan dana Rp 300 juta rupiah untuk dirikim ke Suriah. Dan itu selalu ada dananya,” jelas Karso.

Ahmad Hafiz yang merupakan salah satu anggota muda dari Jamaah Islamiyah mengatakan dirinya bergabung sejak tahun 2013 dan menjadi pelatih beladiri wushu serta mendapat materi tambahan berupa melempar pisau, bintang dan penggunaan samurai.

Hafidz mengaku dirinya menjadi salah satu dari anggota yang telah dikirimkan ke Suriah dan selama satu bulan mendapatkan latihan kemiliteran serta pembelajaran agama dan diminta untuk diperbantukan sebagai penjaga rumah sakit di wilayah perbatasan. Di Suriah Hafidz bergabung bersama kelompok Ja'bah Mitroh.

Baca Juga: Inna Lillahi, Wakil Ketua MPR Beritakan Kabar Duka dan Berikan Doanya

“Saya mendapat pelatihan militer di sana dan juga belajar agama. Lalu ditugaskan di beberapa tempat seperti rumah sakit dan menjaga perbatasan,” kata Ahmad Haridz.

Tim Densus 88 anti Teror Polri telah menangkap Ahmad Hafidz dan dinyatakan bersalah dengan vonis hukuman yang diterima adalah 5 tahun penjara.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x