"Dukungan dari pemerintah, industri, dan ilmuan sangat dibutuhkan unuk mendorong penelitian dan pengembangan bioplastik berbasis biota laut," sebutnya.
Dalam rangka membahas masalah tersebut, KKP telah mengadakan acara virtual International Conference on Marine Fisheries Product Processing and Biotechnnology 2020 pada Selasa, 8 Desember 2020 kemarin.
Dengan diadakannya kegiatan itu, diharapkan akan dihasilkan inovasi dan mendukung rencana aksi untuk menyelesaikan masalah berkenaan dengan limbah plastik di lautan.
Sjarief memaparkan lima kunci agar aksi yang dilakukan berhasil, yakni dengan fokus terhadap peningkatan pengelolaan sampah, mengurangi atau mengganti penggunaan plastik.
Baca Juga: Hasil Hitung Cepat Terkini, Pasangan Iwan–Iip alias ‘WANI’ di Kabupaten Tasikmalaya Terpantau Unggul
Lalu mendesain ulang produk dan kemasan dari plastik agar dapat didaur ulang, menggandakan tempat pengumpulan sampah plastik, dan memperluas fasilitas pembuangan sampah.
"Jika rencana tersebut dilaksanakan dengan baik, Indonesia Plastic Action Partnership (NPAP) memproyeksikan hal itu dapat mengurangi jumlah plastik yang masuk ke laut hingga 70 persen pada tahun 2025,” ungkap Sjarief.
“Dan dapat mendekati nol pada tahun 2040, karena hingga 16 juta ton plasik akan dicegah agar tidak bocor ke laut sampai tahun 2040," jelas Dia.
Demi mencapai hal itu, BRSDM bergabung dengan proyek Plastik Innovation Hub antara Autralia-Indonesia yang berlangsung selama tiga tahun dan menciptakan kemitraan lintas sektor sebagai proyek pertama di dunia dalam mendorong transisi menuju ekonomi nol sampah plastik laut.***