BMKG: Rentetan 4 Gempa Sesar Aktif di Sumatera Adalah Fenomena Wajar, Tapi Tetap Harus Waspada

- 8 Desember 2020, 19:39 WIB
Ilustrasi gempa bumi. (ANTARA/Shutterstock/pri)
Ilustrasi gempa bumi. (ANTARA/Shutterstock/pri) /

PR TASIKMALAYA - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat adanya gempa yang terjadi sejak 1 Desember hingga 8 Desember.

Dalam catatan tersebut terjadi gempa signifikan yang dipicu aktivitas sesar aktif sebanyak 4 kali.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, dalam akun Instagram pribadinya @daryonoBMKG pada Selasa 8 Desember 2020.

Baca Juga: Update Virus Covid-19 Kota Tasikmalaya 8 Desember 2020, Total Kasus 1081 Orang

"Meskipun gempa yang terjadi lokasinya tersebar di berbagai wilayah seperti di Lampung, Langsa, Deli Serdang, dan Bukittinggi, tetapi aktivitas gempa akibat sesar aktif tetap harus diwaspadai," tulisnya.

Ia juga mengungkapkan hal ini disebabkan oleh karakteristik gempa kerak dangkal (shallow crustal earthquake) memiliki hiposentar dangkal.

Menurutnya ini lebih banyak terjadi di darat dan sumbernya dekat permukiman penduduk.

"Dalam banyak kasus gempa akibat sesar aktif dengan kekuatan kurang dari 5,0 dapat menimbulkan kerusakan," tulisnya.

Berikut beberapa aktivitas gempa dangkal akibat aktivitas sesar aktif di Pulau Sumatera akhir-akhir ini:

1. Gempa Pasawaran, Lampung 2 Desember 2020 berkekuatan 4,6 dirasakan di Pringsewu, Pesawaran, Natar, dan Bandar Lampung dipicu Sesar Semangko Timur.

Baca Juga: Tanggapi Bentrokan Polis-FPI, Jimly Asshiddiqie: Jangan Jadi Beban Perpecahan

Sesar ini aktif, memiliki magnitudo tertarget 6,5 dan pernah memicu gempa merusak tahun 1908 dan 1994.

2. Gempa Langsa, Aceh 3 Desember 2020 berkekuatan 4,9 dirasakan di Langsa, Ramiah, Kemuning, Tualancut.

Gempa ini dipicu Sesar Anjak Langsa yang pernah memicu gempa 5,1 pada 27 September 2018.

3. Gempa Bandar Baru, Sibolangit, Deli Serdang 7 Desember 2020 berkekuatan 2,8 dirasakan di Bandar Baru diduga dipicu sesar aktif di sekitar Gunung Sibayak.

Episenter gempa ini dekat sumber gempa berkekuatan 5,6 pada 16 January 2017 yang menimbulkan kerusakan rumah.

4. Gempa Bukittinggi, Sumatra Barat 7 Desember 2020 berkekuatan 4,8 dirasakan di Pasaman, Payakumbuh, Bukittinggi, dan Padang Panjang.

Baca Juga: Update Virus Covid-19 Kabupaten Tasikmalaya 8 Desember 2020, Total Kasus Positif 655 Orang
Gempa ini dipicu Sesar Sianok yang merupakan bagian dari segmen Sesar Besar Sumatra yang memiliki magnitudo tertarget 7,4 dan pernah memicu gempa merusak pada tahun 1922 dan 1926.

Daryono menjelaskan aktivitas gempa di zona sesar di Sumatra akhir-akhir ini merupakan fenomena yang wajar.

"Hal ini mengingat bahwa Pulau Sumatra memang banyak terdapat sebaran sesar aktif, baik yang sudah terpetakan maupun yang belum terpetakan.," tulisnya.

"Setiap segmen atau ruas sesar aktif memiliki besaran laju geser sendiri-sendiri dan tentunya mengalami akumulasi tegangan pada masing-masing segmen," sambungnya.

Menurutnya, jika akumulasi medan tegangan melampaui batas elastisitas batuannya maka akan terjadi pergeseran secara tiba-tiba yang dimanifestasikan sebagai gempa.

Baca Juga: Satgas Sebut ada 24 Wilayah yang Ikut Pilkada 2020 Masuk Zona Merah Covid-19

Sebagai langkah kesiapsiagaan, lanjut Daryono, masyarakat dihimbau agar tidak abai dengan keberadaan jalur sesar aktif di daerah masing-masing.

Jalur sesar tersebut pun dapat dilihat di peta tektonik sesar aktif.

"Jika ternyata tempat tinggal kita relatif dekat sumber gempa maka sebagai upaya mitigasi kita wajib membangun rumah yang memenuhi standar tahan gempa," tulisnya.

"Jika belum memungkinkan maka ada alternatif lain dengan membangun rumah dari bahan ringan dari kayu dan bambu yang didisain menarik," tambahnya.

Ia juga memberisaran untuk tidak asal-asalan dalam membangun rumah tembok.

Baca Juga: Lindungi Garda Terdepan, Bio Farma: Pemerintah Prioritaskan Vaksin Covid-19 Bagi Tenaga Kesehatan

"Apalagi tanpa besi tulangan karena bangunan akan mudah roboh saat terjadi gempa kuat," imbaunya.

"Masyarakat harus memahami bahwa gempa bumi tidak membunuh dan melukai tetapi bangunan dengan struktur lemah dan tidak memenuhi standar yang kemudian roboh saat gempa dan menimpa penghuninya adalah penyebab jatuhnya korban jiwa," sambungnya.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by DARYONO BMKG (@daryonobmkg)

 

***

Editor: Tita Salsabila


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah