Penjelasan Kabar Heboh Warga Karangnunggal Meninggal Karena Covid-19

- 24 Maret 2020, 16:58 WIB
//Foto Istimewa/


PIKIRAN RAKYAT - Kabar meninggalnya seorang pasien yang dirawat di RSUD Singaparna Medika Citrautama (SMC) Kabupaten Tasikmalaya membuat gempar, Selasa 24 Maret 2020.

Tidak hanya masyarakat di lingkungan RSUD yang dibuat heboh, tetapi juga masyarakat Tasikmalaya secara luas, karena tersiar kabar jika pasien tersebut merupakan positif virus corona.

Informasi ini tersiar begitu cepat di berbagai pesan grup WhatsApp dan akun media sosial facebook.

Baca Juga: Sosiolog Imbau Terapkan Larangan Mudik, Demi Cegah Penularan Covid-19

Bagaimana tidak, dalam foto-foto yang dibagikan terlihat jelas penanganan peti jenazah dibalut dengan pembungkus plastik membuat warga bertanya-tanya.

Bahkan petugas kesehatan yang menanganinya pun mempergunakan APD (alat pelindung diri) untuk menaikan ke mobil ambulan.

Tulisan yang menjelaskan proses penanganan ini makin membuat panik. Apalagi dengan adanya tulisan 'Jenajah orang cibatuireng positif COVID-19 maot di SMC jam 4, sekarang sudah diberangkatkan. Waspada jangan keluar rumah dulu bukan HOAX."

Baca Juga: Update Covid-19 di Indonesia: Terdapat Penambahan 107 Kasus Positif

"Berita duka Karangnunggal bertambah lagi 1 orang terkena virus Corona. Orang Cibatuireng  hari ini akan dimakamkan. Hati-hati keluarga teman saudaranya jangan dekat dekat, sebab pemakaman akan langsung di makamkan oleh pihak RS," tulis kabar yang beredar. 

Kedua isi pesan berantai tersebut menyebar dan membuat panik masyarakat. Pasalnya kasus semacam ini baru pertama kali terjadi di Tasikmalaya. Sehingga informasinya pun langsung viral begitu cepat.

Dari hasil pemantauan, pasien merupakan warga Desa Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya, dengan isinial Ros usia 47 tahun.

Baca Juga: Mengaku Dukun, Kakek di Tasikmalaya Cabuli Seorang Ibu dan Anak

Dirinya memang masuk dalam Pasien Dalam Pengawasan (PDP) karena memiliki riwayat medis perjalanan dari Jakarta.

Pasien sempat menjalani perawatan di klinik H Sayat Medika Ciawitali Kecamatan Cipatujah pada tanggal 23 Maret 2020, sekitar pukul 18.00 WIB. 

Hingga pada akhirnya pasien tersebut meninggal pada Selasa 24 Maret 2020 dini hari sekitar pukul 00.30 WIB di RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya, setelah menjalani perawatan.

Diketahui, jika pasien Ros yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang itu, sebelumnya merasakan gejala demam dan baru pulang dari Jakarta sekitar 10 hari yang lalu.

Saat di Jakarta, pasien memiliki riwayat kontak dengan kasus probable COVID-19. Di mana Ros pernah membantu mengangkat pasien yang gejalanya sama seperti yang dialami dirinya saat ini.

Baca Juga: Inggris Denda Warga yang Sulit Diatur di Tengah Lockdown Covid-19

Gejala tersebut yakni alami gejala demam selama 1 minggu dan kemudian 3 hari yang lalu menjalani perawatan di klinik dengan keluhan demam tinggi, batuk, sesak nafas.

Pada hari Senin tanggal 23 Maret 2020, Ros dirawat di Klinik H. Sayat Medika wilayah Kecamatan Cipatujah akan dirujuk dan sudah konsultasi dengan Dokter ahli Paru.

Namun keluarga menolak karena alasan biaya sehingga pasien tersebut dibawa pulang ke rumahnya oleh keluarganya.

Lantas Kepala Desa Cibatuireng, Jajang Sihabudin Jeni, mendengar ada warganya yang mengalami gejala tersebut dan riwayat perjalanan dari Jakarta.

Dirinya pun melaporkan kejadian ini ke Tim Gerak Cepat (TGC) Covid-19 Puskesmas Karangnunggal.

Baca Juga: Adanya Covid-19, Pemkab Subang Tetapkan Tujuh Prioritas Pembangunan

Serta mengarahkan keluarganya agar pasien bersedia dirujuk ke Rumah sakit untuk dirawat dan dicek positif atau tidaknya terjangkit Covid-19.

"Kami bujuk keluarga untuk dibawa ke RSUD SMC. Jangan memikirkan biaya, karena di tanggung pemerintah," jelas dia.

Setelah mendapat laporan dari Kades, Tim Gerak Cepat (TGC) Covid-19 Puskesmas Karangnunggal, segera menghubungi Ambulan Sigesit 119 khusus untuk segera dievakuasi pasien ke Rumah Sakit SMC.

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Tasikmalaya, dr Heru Suharto mengatakan, pasien yang sempat dirujuk ke SMC Singaparna dan meninggal dunia memang berstus PDP.

Baca Juga: Cek Fakta: Benarkah WHO Sebut Ibuprofen Memperparah Virus Corona?

Akan tetapi apakah positif atau tidak terpapar virus corona belum bisa dipastikan. Pasalnya hingga kini hasil pemeriksaan laboratorium terhadap pasien belum keluar.

"Jadi kita belum bisa menentukan apa penyebabnya covid 19 atau bukan. Itu kita sedang pastikan dulu. Perlu pemeriksaan lab, dan kita tunggu hasil pemeriksaan," jelas dia, Selasa 24 Maret 2020.

Ia mengatakan, masyarakat agar jangan terlalu panik dan khawatir terkait kabar yang beredar, ini sesuatu yang belum pasti, karena momennya bersamaan dengan wabah Corona jadi kesannya sudah dikategorikan terinfeksi .

Meski sebagai perwakilan dari Pemerintah Kabupaten Tasikmalaya, namun ia masih menunggu hasil sesuai pemeriksaan. Sehingga tidak bisa memberikan statemen terkait kasus meninggalnya warga Karangnunggal tersebut.

Baca Juga: Gojek dan Grab Saling Bergandengan Siapkan Angkutan untuk Tenaga Medis di Tengah Wabah Covid-19

"Kita tunggu seusai pemeriksaan lab satu atau dua hari, sehingga baru ada kepastian," katanya.

Direktur RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya, dr. Iman Firmansyah menambahkan, jika prosedur yang dilakukan oleh pihaknya dalam penanganan pasien PDP merupakan kewajiban sesuai standar oprasional prosedur (SOP).

Di mana pasien yang meninggal dikafani dan dimasukan dalam kantong plastik pembungkus jenazah, lantas disemprot desinfektan. Kantung mayat kemudian di masukan ke peti mati (kayu) dan lantas dibungkus kembali plastik.

"Guna memastikan steril, maka kita semprot kembali desinfektan. Begitu pula petugas pengantar jenazah dilengkapi APD yang tertuntup. Akan tetapi disini, kami mempergunakan jas hujan plastik. Karena tidak memiliki APD yang memadai," jelas Iman.

Baca Juga: Bantu Memutus Rantai Penularan Covid-19, Ratusan Personel di Tasikmalaya Bubarkan Kerumunan Warga

Sementara itu, sebagai antisipasi dan kewaspadaan pihak Dinas Kesehatan saat ini memberikan edukasi kepada keluarga dan warga sekitar rumah pasien agar mengisolasi diri selama 14 hari.

Pihaknya juga melakukan pemantauan selama 14 hari dan memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak panik dan tetap tenang.

Mereka pun diminta tidak berinteraksi dengan ODP selama dalam pemantauan, jauhi kerumunan dan lebih baik berdiam di rumah.***

Editor: Rahmi Nurlatifah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x