Cek Fakta: Benarkah WHO Sebut Ibuprofen Memperparah Virus Corona?

- 24 Maret 2020, 15:10 WIB
ILUSTRASI Ibuprofen.*
ILUSTRASI Ibuprofen.* //Pixabay/Vnukko/

PIKIRAN RAKYAT - Virus corona menjelma menjadi wabah yang sangat ditakutkan masyarakat dunia, menyusul angka kematian semakin tinggi.

Para ilmuwan tengah gencar melakukan penelitian untuk menemukan obat yang dapat menyembuhkan terinfeksi virus corona dengan cepat, mengingat jumlah terinfeksi telah banyak ditemukan di berbagai belahan dunia.

Di tengah kondisi mencekam saat ini, beredar pesan berantai yang menyebut bahwa obat dengan kandungan ibuprofen bisa menambah parah Covid-19. Informasi tersebut beredar di aplikasi percakapan WhatsApp.

Baca Juga: Gojek dan Grab Saling Bergandengan Siapkan Angkutan untuk Tenaga Medis di Tengah Wabah Covid-19

Pesan itu sempat membingungkan warga karena ibuprofen menjadi bahan obat pereda nyeri dan demam. Nama WHO pun dicatut dalam pesan tersebut.

Pesan itu lantas menyarankan masyarakat agar meminum obat yang mengandung paracetamol sebagai pertolongan pertama.

"Info tambahan, dari WHO. Jika ada gejala sakit terkena batuk, pilek, panas tinggi, jangan minum obat yang mengandung ibuprofen. Ini akan menambah hidup virus corona convid-19. Pertolongan pertama yang dilakukan adalah minum obat flu dan demam yang mengandung paracetamol, di Indonesia obat-obat tersebut terdapat pada obat sebagai berikut panadol, paramex, neozep," bunyi pesan berantai tersebut.

"Berikut beberapa obat-obat yang mengandung ibuprofen Proris, Advil, Motrin, Nuprin,,Brufen, Intrafen, Neo rheumacyl, Oskadon SP, Bodrex Extra, hati-hati minum obat ya," lanjut pesan WhatsApp itu.

Baca Juga: Bantu Memutus Rantai Penularan Covid-19, Ratusan Personil di Tasikmalaya Bubarkan Kerumunan Warga

 
Namun setelah dilakukan penelusuran oleh tim cek fakta Kementerian Komunikasi dan Infromasi, klaim yang menyebut ibuprofen dapat mepmperburuk keadaan penderita Covid-19, dapat dipastikan hoaks atau bohong.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Antara, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), semula memang melarang masyarakat mengonsumsi obat dengan kandungan ibuprofen sebagai pengobatan mandiri untuk penyakit Covid-19.

Informasi tersebut dipublikasikan oleh AFP dan telah dikutip oleh beberapa media, salah satunya media asal Prancis France24. Media itu menyiarkan berita berjudul 'Avoid taking ibuprofen for COVID-19 symptoms: WHO', pada Selasa 17 Maret 2020.
 
 
Dalam berita itu WHO merekomendasikan orang yang mengalami gejala Covid-19 untuk menghindari obat dengan kandungan ibuprofen.

Hal itu diungkapkan WHO setelah Menteri Kesehatan Perancis Oliver Veran mengingatkan bahwa obat anti-peradangan dapat memperburuk efek dari virus.

Pernyataan Oliver Veran mengacu pada jurnal kesehatan The Lancet yang menyebutkan hipoteseis bahwa enzim yang dikuatkan oleh obat antiperadangan seperti ibuprofen dapat memfasilitasi dan memperburuk infeksi Covid-19.
 
 
Namun pada Rabu, 18 Maret 2020 akun resmi WHO di Twitter mengatakan mempublikaskan bahwa mereka tidak merekomendasikan untuk menolak penggunaan ibuprofen.

"Saat ini, berdasarkan informasi yang ada, WHO tidak merekomendasi menolak penggunaan ibuprofen," tulis WHO lewat Twitter.

WHO juga mengaku telah berkonsultasi dengan doter yang merawat pasien Covid-19 dan mereka tidak mengetahui adanya laporan negatif terhadap penggunaan ibuprofen.

 
WHO juga tidak mengetahui data klinis atau populasi yang dipublikasikan tentang apakah ibuprofen memperburuk orang dengan Covid-19.
 
Tangkapan layar akun resmi Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang menyebutkan organisasi itu tidak menentang penggunaan ibuprofen pada Rabu 18 Maret 2020.

Berdasarkan fakta yang berhasil dihimpun PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, klaim yang menyebut kandungan obat ibuprofen dapat memperkeruh keadaan terinfeksi Covid-19, dapat dipastikan hoaks, dan masuk dalam kategori konten yang menyesatkan.*** 

Editor: Gugum Rachmat Gumilar

Sumber: Kemenkominfo


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x