Inilah yang memungkinkan perusahaan peternakan akan tertarik karena dapat menekan biaya pakan dengan kontribusi sekitar 70-75 persen dari total biaya produksi.
"Untuk memenuhi target ekspor dalam tiga tahun ke depan sebesar 24.000 ton per tahun dengan total nilai penjualan mencapai Rp 1,3 Triliun. Perusahaan ini kita kembangkan juga di daerah Pekanbaru, Riau," kata Budi.
Sementara itu, saat ini PT Bio Cycle Indo sedang melakukan pengurangan izin untuk negara Amerika yakni FBA dan Kanada CFIA.
Budi memandang pengurangan izin dapat memudahkan semua regulasi segera lengkap dan Indonesia bisa menjadi raja dari pada maggot atau larva kering ini.
Baca Juga: Dipengaruhi Berbagai Faktor, Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Tasikmalaya 2020 Masuk 5 Besar Indeks Kerawanan Pemilu Versi Bawaslu RI
"Sampai tahun ini kita mempunyai pengiriman yang cukup bagus, permintaan yang luar biasa. Kenapa, karena kita punya belatung atau maggot kelas dunia yang tidak bisa negara lain kalahkan," jelas Budi.
Adapun pengiriman ekspor larva ini dilaksanakan melalui pelabuhan Tanjung Priok dengan disertai penjaminan kesehatan dan keamanannya.
Penjaminan itu didapatkan melalui Sertifikat Kesehatan yang dikeluarkan oleh Balai Besar Karantina Pertanian Tanjung Priok.
Di sana tempat produksi telah ditetapkan sebagai Tempat Tindakan Karantina oleh Menteri Pertanian serta disertifikasi dengan nomor kontrol tertentu.***