AS Harus Waspada, Para Ahli Sebut Aksi Protes George Floyd Bisa Jadi Sebaran Baru Covid-19

- 4 Juni 2020, 11:45 WIB
PARA demonstran melakukan aksi protes atas kematian pria berkulit hitam George Floyd di Trafalgar Square, London, Inggris pada Minggu, 31 Mei 2020.*
PARA demonstran melakukan aksi protes atas kematian pria berkulit hitam George Floyd di Trafalgar Square, London, Inggris pada Minggu, 31 Mei 2020.* /The Guardian/

PR TASIKMALAYA - Para ahli mengatakan bahwa Gelombang protes di seluruh Amerika Serikat terkait kematian George Floyd hampir pasti akan memicu rantai infeksi virus corona baru.

Virus ini tampaknya paling menyebar ketika orang berteriak (seperti melantunkan slogan), bersin (untuk mengeluarkan semprotan merica), atau batuk (setelah menghirup gas air mata).

Ini ditularkan paling efisien dalam kerumunan dan pertemuan besar, dan penelitian telah menemukan bahwa hanya beberapa orang yang menular dapat menginfeksi ratusan orang yang rentan di sekitar mereka.

Baca Juga: Disebut Rasis, Trump: Sumbangsih Saya pada Warga Kulit Hitam Lebih Banyak Dibanding Presiden AS Lain

Virus ini dapat menyebar dengan mudah di tempat-tempat kecil dan sempit, seperti mobil van dan penjara.

Dengan demikian, selama beberapa hari terakhir, virus telah menemukan lingkungan baru untuk menyebar ke seluruh Amerika Serikat.

Setidaknya 75 kota telah terjadi demonstrasi yang meluas dan kerusuhan sosial ketika orang Amerika berkumpul untuk memprotes rasisme dan pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam yang meninggal pekan lalu di bawah lutut seorang petugas kepolisian Minneapolis.

Lusinan kota memberlakukan jam malam selama akhir pekan di tengah penjarahan yang meluas.

Baca Juga: Misteri Kapal Perang Siluman Buatan Anak Bangsa, KRI Klewang Sempat Membuat Militer Dunia Terkejut

Pandemi dan kerusuhan bersama telah menjerat negara Amerika Serikat. Demonstrasi menentang kebrutalan polisi. Bahkan para demonstran yang damai dan bermasker serta para jurnalis yang meliput mereka tak ayal mendapat respons polisi yang terlalu agresif.

"Saya tidak berpikir ada pertanyaan apakah akan ada lonjakan kasus dalam 10 hingga 14 hari," kata Mark Shrime , seorang peneliti kesehatan masyarakat di Harvard.

Maimuna Majumder, seorang ahli epidemiologi komputasi di Boston Children's Hospital dan Harvard Medical School menyetuji hal itu.

Namun risiko itu tidak membuat Majumder menentang protes.

Baca Juga: Kembali Melapak, Sejumlah Pedagang di Pasar Hewan Singaparna Abaikan Protokol Kesehatan

"Saya pribadi percaya bahwa protes-protes khusus yang menuntut keadilan bagi kulit hitam dan coklat yang telah dilecehkan oleh polisi ini, adalah tindakan yang perlu," katanya dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs The Atlantic. 

Ia mengatakan bahwa rasisme struktural telah menjadi krisis kesehatan publik lebih lama daripada pandemi.

Bahkan pandemi COVID-19 telah membahayakan orang kulit hitam secara tidak proporsional.

Sementara sekitar 13 persen orang Amerika berkulit hitam, seperempat dari semua COVID-19 kematian di mana ras korban diketahui menimpa orang kulit hitam.

Baca Juga: Viral Informasi Dokter di RS Manado Sogok Keluarga PDP Covid-19, Berikut Fakta Sebenarnya

Alexandra Phelan, seorang profesor hukum kesehatan global di Universitas Georgetown, juga mengatakan bahwa dia percaya protes itu dapat dibenarkan.

Namun ia mengatakan bahwa protes dilindungi oleh hukum konstitusional dan internasional, namun, pada saat masa pandemi ini cukup berbahaya.

Orang-orang yang ingin memprotes harus fokus pertama pada mitigasi risiko mereka menularkan virus kepada orang lain.

Para pengunjuk rasa harus mengenakan masker di mulut dan hidung mereka untuk mengurangi risiko penularan virus.

Baca Juga: Pengeboman Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung Terus Berlanjut, Warga Sekitar Ikut Resah

"Mungkin ada bukti meskipun bukti itu lemah bahwa masker melindungi. Tetapi ada lebih banyak bukti bahwa maasker dapat melindungi." kata Shrime.

Karena nyanyian yang keluar dari mulut demostran tampaknya menyebarkan virus, Majumder merekomendasikan agar pengunjuk rasa menggunakan pembuat kebisingan, drum, dan tanda-tanda tertulis saja.

Dia juga merekomendasikan bahwa pengunjuk rasa membawa kacamata anti pecah dan semprotan garam, jika mereka disemprot dengan lada.

"Mengobati iritasi dengan larutan steril dapat mengurangi batuk dan bersin, yang merupakan beberapa jalur utama di mana virus corona baru menyebar,” katanya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x