Tiongkok juga telah mendirikan "pusat pendidikan ulang" untuk orang-orang Uighur.
Hal ini karena Tiongkok telah banyak dikecam atas pelanggaran hak asasi manusia, penganiayaan, pemerkosaan dan penyiksaan.
Sementara itu, insinyur perangkat lunak itu juga enggan mengungkapkan nama perusahaan tempat dia bekerja karena khawatir akan keselamatannya sendiri.
Bagaimanapun, ia menunjukkan foto-foto lima orang Uighur yang menurutnya telah diuji oleh sistem pengenalan wajah milik pemerintah Tiongkok.
"Pemerintah Tiongkok menggunakan Uighur sebagai subjek uji untuk berbagai eksperimen seperti tikus yang digunakan di laboratorium," tuturnya.
“Kami menempatkan kamera pendeteksi emosi 3 meter dari subjek. Mirip dengan alat pendeteksi kebohongan tetapi teknologinya jauh lebih maju," terangnya.
Menurut insinyur tersebut, petugas polisi di Xinjiang menggunakan kursi penahan yang mengunci pergelangan tangan dan pergelangan kaki seseorang dengan pengekang logam.
Ia menjelaskan bahwa AI atau kecerdasan buatan, dilatih untuk mengenali dan menganalisis perubahan sekecil apapun pada ekspresi wajah dan pori-pori kulit.