Masih Ingat Kasus Guru Dibunuh Usai Tunjukkan Karikatur Nabi Muhammad di Prancis? Ternyata ini Faktanya!

- 10 Maret 2021, 05:40 WIB
Ramai kembali soal kasus Samuel Paty, terkait karikatur Nabi Muhammad.*
Ramai kembali soal kasus Samuel Paty, terkait karikatur Nabi Muhammad.* //Pixabay

PR TASIKMALAYA - Samuel Paty seorang guru di Prancis yang dipenggal usai tayangkan karikatur Nabi Muhammad di Prancis saat ini kembali menjadi sorotan publik.

Ramainya perbincangan soal kasus karikatur Nabi Muhammad tersebut, berawal dari pengakuan seorang remaja berusia 13 tahun.

Gadis telah berbohong soal seorang guru yang menunjukkan gambar karikatur Nabi Muhammad yang memicu kemarahan umat muslim dunia.

Baca Juga: Terkait Korupsi Bansos Covid-19, Pedangdut Cita Citata akan dipanggil KPK ke Persidangan

Baru-baru ini, banyak pihak menyorot sepotong kertas dengan tulisan "Je suis Samuel", dengan mawar dan tealight. 

Kertas dan bunga tersebut, merupakan penghargaan untuk Paty Samuel, guru sejarah yang dibunuh oleh teroris pada Oktober 2020 silam. 

Sebagaiana dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Guardian, telah beredar kabar tetang cerita seorang gadis yang menyebut bahwa pemenggalan guru di Prancis oleh teroris tersebut disebabkan oleh kebohongan dirinya.

Baca Juga: Terkait Korupsi Bansos Covid-19, Pedangdut Cita Citata akan dipanggil KPK ke Persidangan

Seperti banyak anak sekolah yang membolos, gadis berusia 13 tahun itu sangat ingin mencegah ayahnya mengetahui bahwa dia telah diskors karena berulang kali tidak menghadiri kelas (bolos).

Berdasarkan hal tersebut, Ia akhirnya mengarang cerita dengan menyebut bahwa guru sejarahnya, Samuel Paty, telah menginstruksikan siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sehingga dia bisa menunjukkan sisanya yaitu sebuah karikatur Nabi Muhammad.

Sebelum terjadi apapun, kebohongan gadis tersebut tampak seperti kebohongan yang cukup tidak berbahaya, tetapi ternyata hal itu memicu serangkaian peristiwa yang menyebabkan kengerian yang tak terbayangkan.

Baca Juga: Memiliki Tanda yang Berbeda, Kenali 4 Gejala Stroke dan Dampak yang Bakal Ditimbulkan

Diketahui, sepuluh hari setelah membuat kebohongan tersebut, ternyata gurunya meninggal karena dibunuh oleh teroris.

Hal tersebut menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga Samuel Paty. Bahkan lebih jauh dari itu, Prancis mengalami trauma atas berkambangnya isu Islamophobia yang merebak ke seluruh penjuru dunia hingga membuat Prancis menjadi sorotan umat Muslim seluruh dunia.

Tak hanya itu, akibat dari adanya kasus tersebut, seorang gadis yang melakukan kebohongan beserta ayahnya menghadapi tuntutan pidana.

Dua remaja lainnya, yang mengambil uang dari si pembunuh, Abdullakh Anzorov, juga sedang diselidiki.

Baca Juga: Ity Jayabaya Siap Kirimkan Santet kepada Moeldoko, Muannas Alaidid: Bahaya Betul, Ambil Langkah Hukum Dong

Pada Minggu, 7 Maret 2021 Le Parisien mengungkapkan bahwa gadis yang akrab disapa Z itu mengaku salah menuduh Samuel Paty.

Surat kabar itu mengatakan dia mengaku kepada hakim anti-teroris yang menyelidiki bahwa dia telah berbohong, dan bahwa dia bahkan tidak berada di kelas di mana Samuel Paty menunjukkan karikatur kontroversial kepada murid-murid dari surat kabar satir Charlie Hebdo.

Surat kabar mengatakan gadis itu berbohong karena dia ingin menyenangkan ayahnya.

“Dia tidak akan berani mengakui kepada ayahnya alasan sebenarnya dia dikeluarkan sesaat sebelum tragedi itu, yang sebenarnya terkait dengan perilakunya yang buruk,” lapor Le Parisien.

Baca Juga: Tiba-tiba Ucapkan Terima Kasih, Annisa Pohan: Bagaimana dengan Rakyat Kecil?

Sebagaimana diketahui sebelumnya, pada 6 Oktober 202 lalu, Samuel Paty, seorang guru sejarah dan geografi, memberikan kelas tentang “dilema”.

Dia mengajukan pertanyaan "menjadi atau tidak menjadi Charlie?", Mengacu pada tagar #JeSuisCharlie yang digunakan untuk menyatakan dukungan untuk surat kabar tersebut setelah serangan teroris di kantornya pada Januari 2015 yang menewaskan 12 orang.

Samuel Paty disebut-sebut telah mengundang murid-murid Muslim dan membuat mereka terkejut karena meminta mereka berdiri di koridor saat dirinya menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya.

Dua hari kemudian, gadis itu memberi tahu ayahnya bahwa Samuel Paty (47) telah meminta siswa Muslim untuk meninggalkan kelas sebelum menunjukkan karikatur Nabi Muhammad tersebut.

Baca Juga: Dirut Pengembang Rumah Dp 0 Rupiah Diusut KPK, Ferdinand Hutahaean: Program Gagal

Dia berkata bahwa dia telah menyatakan ketidaksetujuannya dengan guru dan dia telah menskorsnya dari kelas selama dua hari.

Setelah mendengar cerita itu, ayahnya yang marah, Brahim Chnina (48)  kelahiran Maroko, berbagi video di Facebook di mana dia mencela Samuel Paty dan meminta dia untuk dipecat dari sekolah menengah di Conflans-Sainte-Honorine.

Video kedua yang sama marahnya diposting di media sosial yang menuduh Samuel Paty melakukan "diskriminasi".

Chnina mengadu ke sekolah dan polisi, mengklaim Samuel Paty bersalah karena "menyebarkan gambar porno", dan memicu tuduhan Islamofobia di sekolah.

Baca Juga: Rocky Gerung: Ngapain Istana Masuk Rumah Orang, Ini Merupakan Pemerkosaan Demokrasi!

Begitu mulai bergerak, masalah ini menggelinding di jejaring sosial dan mencapai Anzorov, 18, seorang migran Chechnya yang tinggal di Normandia dan menjelajahi internet untuk suatu tujuan.

Pada 16 Oktober, Anzorov melakukan perjalanan ke Conflans-Sainte-Honorine, membayar dua remaja dari sekolah tersebut untuk mengidentifikasi Samuel Paty saat dia akan berangkat ke rumah pada Jumat malam dan memenggalnya.

Kebohongan telah menyebabkan terbunuhnya seorang pria dan ayah dari seorang anak laki-laki berusia lima tahun.

Pengacara gadis itu, Mbeko Tabula, menegaskan berat tragedi tidak boleh jatuh di pundak seorang gadis berusia 13 tahun.

Baca Juga: Sempat Berniat Bunuh Diri, Meghan Markle Ungkap Sulitnya Jadi Bagian dari Keluarga Kerajaan

"Itu adalah perilaku ayah yang berlebihan, membuat dan memposting video yang memberatkan profesor yang menyebabkan spiral ini. Klien saya berbohong, tetapi meskipun itu benar, reaksi ayahnya masih tidak proporsional," kata Tabula kepada Parisien. 

Chnina, yang sedang diselidiki karena "terlibat dalam pembunuhan teroris", mengatakan kepada polisi bahwa dia telah "bodoh" karena terpengaruh oleh kebohongan yang dibuat oleh gadis remaja.

“Saya tidak pernah mengira pesan saya akan dilihat oleh teroris. Saya tidak ingin menyakiti siapa pun dengan pesan itu. Sulit membayangkan bagaimana kita sampai di sini, bahwa kita kehilangan seorang profesor sejarah dan semua orang menyalahkan saya,” ujarnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: The Guardian


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x