Kecam Tuduhan John Bolton dalam Buku 'Anti-Trump', Presiden AS Donald Trump: itu Hanya Fiksi Murni

19 Juni 2020, 11:10 WIB
PRESIDEN AS, Donald Trump.* /Independent/

PR TASIKMALAYA - Mantan Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS), John Bolton membuat sebuah buku yang berupa memoar berjudul 'The Room Where It Happened'.

Seperti diberitakan sebelumnya, John bersumpah pada 12 Juni 2020 akan merilis bukunya tersebut meski harus berselisih dengan Gedung utih.

Sejauh ini, pihak pemerintah mengecam perilisan buku karena dianggap menyajikan tulisan yang merupakan informasi pribadi.

Baca Juga: Kerap Terlihat Bersama, Kabar Rujuknya Gading Marten dan Giselle Anastasia Ditanggapi Roy Marten

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs New Strait Times, dalam buku tersebut juga banyak berisi tulisan yang dianggap sebagai sebuah tuduhan untuk Presiden AS Donald Trump.

Salah satu tuduhannya yakni, bahwa Trump meminta Presiden Tiongkok Xi Jinping untuk memenangkannya di pemilu 2020 mendatang.

Selain itu ada tulisan yang menyebutkan pembekuan Trump pada bantuan militer saat ia menekan pemimpin Ukraina untuk menggali keburukan saingannya di pemilu 3 November mendatang, Joe Biden.

Sebuah wahyu yang menyebabkan pemakzulan presiden oleh Dewan Perwakilan Rakyat.

Baca Juga: Hoaks atau Fakta: Benarkah Dalam Aksi Demo Warga Amerika Serikat Terdengar Teriakan Hidup Jokowi?

Dalam buku itu juga dituliskan, bahwa Xi Jinping menjelaskan kepada Trump mengapa Tiongkok telah menahan massa Uighur dan Muslim Turki lainnya.

Dalam pernyataan anggota parlemen AS disebutkan bahwa itu mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan yang dirancang untuk menghancurkan kelompok-kelompok minoritas.

Trump disebut telah mendengar Xi berpendapat bahwa kamp dimaksudkan untuk mengurangi radikalisme Islam, dan menyetujuinya bahwa kamp adalah hal yang tepat untuk dilakukan.

"Dalam pengalaman pemerintahan saya, itu adalah hal paling irasional yang pernah saya saksikan yang dilakukan oleh presiden mana pun," tulis Bolton (71) yang telah melayani di bawah presiden Republik sejak masa pemerintahan Ronald Reagan.

Baca Juga: Serial Netflix 'Money Heist' Bakal Diadaptasi Jadi Drama Korea

Bolton menulis bahwa Trump, yang datang dari dunia real estat dan bisnis pertunjukan, cenderung menawarkan bantuan pribadi kepada diktator yang disukainya.

Trump dikatakan menerima Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan yang mengajukan tuntutan pidana terhadap salah satu bank terbesar di negaranya karena melanggar sanksi AS terhadap Iran.

Trump mengatakan kepada Erdogan bahwa dia akan mengurus masalah, menjelaskan bahwa jaksa penuntut New York yang menangani kasus tersebut ditunjuk oleh mantan presiden Barack Obama dan dapat digantikan.

Bolton juga bahkan menulis bahwa Trump nampak tidak mengetahui fakta dasar tentang dunia.

Baca Juga: Terdakwa Kasus Jiwasraya Keluhkan Kondisi Rutan, Jubir KPK: Tak Seharusnya Minta Fasilitas Berlebih

Dia menulis bahwa Trump bertanya apakah Finlandia adalah bagian dari Rusia, dan Trump menyuarakan keterkejutannya ketika seorang pejabat Inggris mengatakan kepadanya bahwa sekutu AS memiliki persenjataan nuklir.

Bolton menulis bahwa Trump juga tampak terpaku pada hal-hal sepele seperti mengirim CD Elton John ke pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yang dia ejek sebagai 'Little Rocket Man' sebelum terlibat dalam pertemuan dengannya.

Bolton menulis bahwa bukan hanya dirinya yang memiliki pandangan seperti itu terhadap Trump, ia mengakui bahwa para pembantu Trump secara luas juga ikut meremehkan Trump di belakang.

Baca Juga: Terdakwa Kasus Jiwasraya Keluhkan Kondisi Rutan, Jubir KPK: Tak Seharusnya Minta Fasilitas Berlebih

Tulisan-tulisan yang tersaji di dalam buku itu juga membuat memoar tersebut dikenal sebagai buku 'anti-Trump'.

Namun dalam hal ini, Donald Trump justru ikut menanggapinya, dan mengatakan bahwa semua tulisan Bolton hanyalah 'Fiksi murni' yang ia nilai sebagai tulisan yang tidak didasarkan pada fakta.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: New Strait Times

Tags

Terkini

Terpopuler