Ini Pengaruh Pendemi Covid-19 Terhadap Penderita Demensia

4 Oktober 2020, 13:38 WIB
ILUSTRASI penyakit Demensia, membuat penurunan daya ingat.*/KLIKDOKTER /

PR TASIKMALAYA – Akibat pandemi Covid-19 banyak berdampak pada kejiwaan dan penyakit yang sebelumnya pernah diderita.

Ada beberapa penyakit bawaan yang kemungkinan akan memperburuk kondisi kesehatan. Perlu penanganan yang tepat dalam memulihkan kondisi kejiwaan dan kesehatan yang dialami seseorang.

Diantara penyakit yang berisiko parah di tengah pandemi Covid-19 adalah penyakit demensia. Demensia merupakan penyakit penurunan fungsi otak.

Baca Juga: Potensi Kerja Sama Pemerintah Pusat dan Daerah, Menteri LHK Ingatkan soal Regulasi

Hal ini mengundang perhatian dari KBRI Doha dan alzaheimer Indonesia (ALZI) Chapter Doha serta Persatuan Masyarakat Indonesia di Qatar (PERMIQA).

Mereka mengadakan diskusi virtual mengenai penurunan fungsi otak atau demensia dan kaitannya dengan pandemi Covid-19 dengan judul Reduce Your Risk of Dementia: Bila Sudah Ada Faktor Risiko, Lalu Bagaimana? pada Sabtu, 3 Oktober 2020.

Lebih lanjut, spesialis penyakit dalam, Dr. dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD, Kger menyebut salah satu faktor risiko demensia adalah perasaan depresi atau kesepian yang terus menerus.

Baca Juga: Mesir Tunjukkan Penemuan 59 Peti Mati Berusia 2.500 Tahun

“Keadaan pandemi yang mengharuskan orang-orang membatasi interaksi fisik dengan sesamanya, dapat menjadi tantangan yang tidak mudah bagi Orang dengan Demensia (ODD).

“Perhatian keluarga terhadap ODD yang semakin berkurag selama pandemi akan memicu faktor risiko demensia semakin meningkat,” kata Dr. Heriawan seperti disampaikan dalam rilis KBRI Doha.

Selain itu, ia mengatakan bahwa hingga kini belum ada obat klinis yang dapat menyembuhkan demensia, sehingga yang dapat dilakukan saat hanyalah memperlambat atau menghambat faktor risiko demensia.

Baca Juga: Ada Ledakan di Ruang Angkasa, NASA Beri Penjelasan

“Kepikunan pada lansia kerap kali dianggap wajar bagi masyarakat, apalagi pikun sering dianggap sebagai sebagian normal dari penuaan. Nyatanya, kepikunan bukanlah bagian normal dari penuaan, yang tidak bisa dimaklumi begitu saja.

"Kepikunan pada lansia adalah gambaran klinis dari demensia yang dampaknya bisa ke sisi psikologi, sosial, dan lain lain,” lanjut Direktur Utama RSCM 2013-2018 itu.

Demensia merupakan gejala penyakit yang menyebabkan penurunan fungsi otak. Sedangkan alzheimer adalah faktor terbanyak, sekitar 60-70 persen, dari penyebab demensia dengan gejala gangguan penurunan fungsi otak.

Baca Juga: Kelapa Sawit Dijadikan Biodiesel, Greenpeace: Emisinya Lebih Besar Ketimbang BBM

Hal itu akan berpengaruh pada emosi, daya ingat, pengambilan keputusan, hingga perubahan perilaku.

Pada 2016, di Indonesia diperkirakan telah ada sekitar 1,2 juta penderita demensia. Angka ini berpotensi meningkat menjadi 2 juta orang pada tahun 2030 dan 4 juta orang pada 2050.

Tingginya angka tersebut jelas sngat berbahaya karena jika tidak ditangani dengan baik demensia dapat mengganggu produktivitas bangsa.

Baca Juga: Buat Kulit Tampak Kusam, Berikut Penyebab dan Cara Mengatasi Pori-pori di Wajah

Untuk meningkatkan kesadaran orang terhadap demensia, setiap tahun ALZI Chapter Doha menyelenggarakan kegiatan untuk meningkatkan kesadaran terhadap demensia.

“Tahun ini, memang agak berbeda dengan tahun lalu. Seluruh kegiatan ALZI tahun ini dilakukan seacara virtual, namun ini tidak mengurangi semangat kami untuk meningkatkan awerness masyarakat terhadap demensia,” kata Ketua ALZI Chapter Doha dr. Kennia.

Sebagai wakil pemerintah di Qatar, KBRI Doha juga memberikan dukungan penuh terhadap inisiatif yang dilakukan ALZI.

Baca Juga: Sempat Tertunda, Produksi Film ‘Doctor Strange’ Mulai Digarap akhir Bulan Oktober

“Ini sesuai dengan visi pemerintah untuk turut menyehatkan warga Indonesia di luar negeri, khusunya di Qatar,” ucap Kuasa Usaha Ad Interim RI di Doha Maulana Syahid.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler