PR TASIKMALAYA - Muhammad Said Didu kali ini menanggapi persoalan menumpuknya utang Indonesia dibandingkan periode Presiden sebelumnya.
Said Didu menjelaskan bahwa utang Indonesia kian meroket pada saat masa pemerintahan era Jokowi.
Pasalnya, selama pemerintahan enam Presiden sebelumnya, menurut Said Didu, Presiden Jokowi hanya menerima utang sekitar Rp 2.600 triliun.
Berbeda dengan masa pemerintahan Presiden Jokowi, belum selesai masa pemerintahan periode kedua pun sudah menambahkan utang negara sampai Rp6.300 triliun.
"Pak Jokowi menerima utang dari enam Presiden sebelumnya selama tujuh tahun itu sekitar Rp 2.600 triliun sekarang menjadi Rp 6300 triliun," ungkap Said Didu sebagaimana yang dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari kanal Youtube MSD yang diunggah pada 28 Maret 2021.
"Hampir dua kali lipat lebih dalam waktu enam tahun, jadi 'meroket'," papar Said Didu menambahkan.
Baca Juga: Enggan Tanggapi Hasil Survei Capres 2024, Ganjar Pranowo: Saya Ngurusi Mudik Sama Beras Saja
Said Didu mengingatkan bahwa pada periode pertama jabatan Presiden Jokowi, dirinya menuturkan bahwa tidak akan berutang.
Selain itu, ada utang lainnya menurut Said Didu yang bertambah, yaitu utang BUMN yang hanya sekitar Rp 500 triliun, sekarang menjadi sekitar Rp 2500 triliun.
"Utang BUMN sekarang mencapai Rp 2500 triliun dulu 2014 itu hanya Rp 500 triliun, lebih parah lima kali lipat dalam waktu enam tahun," ungkap Said Didu.
"Ini agak menarik, dulu kan kita waktu kecil disuruh menabung sekarang terbalik kita disuruh ngutang," ungkap Said Didu.
Dengan dianalogikan sebuah keluarga, Said Didu menilai, negara era Jokowi adalah orang tua yang memberikan warisan utang kepada anak cucunya.
"Saya pikir itu dilakukan secara terencana, utang yang dibikin sekarang tuh untuk 50 tahun kedepan, jadi sudah direncanakan diwariskan jangka panjang," ucap Said Didu.
"Agak menarik orang tua meninggalkan warisan utang kepada anaknya, saya kira orang tua seperti apa itu," ungkap Said Didu.***