Bahas Kelompok Radikal di Indonesia, Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid: Biasanya Antibudaya

4 Januari 2022, 18:45 WIB
Ahmad Nurwakhid menjelaskan karakteristik kelompok radikal di Tanah Air. /PMJ News

PR TASIKMALAYA - Direktur Pencegahan BAdan Nasional Penanggulangan Terorisme atau BNPT yakni Brigjen Pol R Ahmad Nurwakhid menjelaskan terkait dengan kelompok radikal di Indonesia.

Ahmad Nurwakhid menerangkan bahwa kelompok radikal di Indonesia dicirikan dengan karakter anti budaya yang dimilikinya.

Hal tersebut dijelaskan oleh Ahmad Nurwakhid dalam seminar berjudul Upaya Pencegahan dan Penanggulangan Radikalisme dan Terorisme.

Diterangkan oleh Ahmad Nurwakhid bahwa sikap kritis diperlukan, namun bukan menjadi pihak oposisi.

Baca Juga: Bahaya Mengusap Mata Secara Langsung Jika Terkena Abu Rokok, Dokter Mata: Kornea Bisa Jebol

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara, dijelaskan oleh Ahmad Nurwakhid bagaimana karakter dari kelompok radikal.

"Kelompok radikal dan terorisme ini biasanya memiliki karakter antibudaya," ujarnya.

"Dan anti kearifan lokal keagamaan," sambungnya.

Dijelaskan oleh Ahmad Nurwakhid bahwa sikap anti yang dimaksudkan adalah menebarkan justifikasi terkait keagamaan.

Baca Juga: Ustaz Adi Hidayat Ungkap Hal Sederhana yang Dapat Memudahkan Langkah Kita Menuju Surga Allah SWT

"Anti disini adalah sikap membenci dengan menebarkan justifikasi bid'ah, sesat, bahkan mengkafir-kafirkan bangsa Indonesia," jelasnya.

"Yang melakukan hal-hal terkait budaya dan kearifan lokal, keagamaan seperti tahlilan dan yasinan," sambungnya.

Ahmad Nurwakhid pun menerangkan bahwa anti yang dimaksudkannya bukan menjadi oposisi.

"Anti disini bukan berarti kritis dan bukan berarti menjadi oposisi," ungkapnya.

Baca Juga: Raffi Ahmad Puji Derrick Michael yang Potensial 'Tembus' NBA: Anak Muda Indonesia Pertama ...

"Di era demokrasi, oposisi yang konstruktif dan menjadi check and balancing diperbolehkan," sambungnya.

Bahkan Ahmad Nurwahid meminta orang-orang dapat bersikap kritis.

"Kritis juga wajib, jadi kita harus kritis menghadapi sesuatu yang tidak baik. Tidak benar dan tidak proporsional," ujarnya.

"Kritisnya tidak dengan nyinyir, menebarkan hoaks, konten-konten provokatif, adu domba, fitnah dan lain sebagainya," pungkasnya.***

Editor: Al Makruf Yoga Pratama

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler