Malaysia Jadi Harapan Hidup Pengungsi Rohingya, Muhyiddin: Kami Tak Bisa Menampung Mereka Lagi

- 27 Juni 2020, 13:40 WIB
Pegungsi Rohingya.
Pegungsi Rohingya. /ANTARA FOTO/Rahmad

PR TASIKMALAYA - Perdana Menteri Muhyiddin Yassin mengatakan pada hari Jumat 26 Juni 2020, bahwa Malaysia tidak dapat lagi menerima pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar.

Hal itu ia dasarkan atas kondisi ekonomi yang semakin sulit dan sumber daya yang semakin berkurang akibat pandemi virus corona.

Malaysia yang mayoritas Muslim telah lama menjadi tujuan favorit bagi Rohingya mencari kehidupan yang lebih baik setelah melarikan diri dari penumpasan yang dipimpin militer pada 2017 di Myanmar dan kamp-kamp pengungsi di Bangladesh.

Baca Juga: Selamat Tinggal Kereta Pramex! KRL Relasi Solo-Yogyakarta Siap Gantikan Angkut Penumpang

Namun Malaysia, baru-baru ini justru menolak perahu dan menahan ratusan orang Rohingya untuk datang ke negaranya.

Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kemarahan terhadap orang asing yang dituduh menyebarkan virus corona dan mengambil dana negara yang langka.

“Kita tidak bisa lagi mengambil lebih banyak karena sumber daya dan kapasitas kita sudah semakin meluas, diperparah oleh pandemi COVID-19,” kata Muhyiddin dalam teleconference dengan para pemimpin lain dari 10 anggota Perhimpunan Bangsa Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), yang meliputi Myanmar, dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters. 

Meski pun ia tahu bahwa Malaysia diharapkan untuk berbuat lebih banyak dalam berupaya mengakomodasi pengungsi yang masuk.

Baca Juga: Sindir Pemerintah Usai Selamatkan Hampir 100 Pengungsi Rohingya, Nelayan Aceh: Kami Masih Punya Hati

Perlakuan terhadap Rohingya telah memecah belah ASEAN, dengan dua anggotanya yang mayoritas Muslim yakni Malaysia dan Indonesia yang mengkritik Myanmar yang mayoritas beragama Budha.

Mereka menyatakan semakin frustrasi ketika Rohingya tiba di kapal yang dioperasikan oleh penyelundup manusia.

Myanmar menyangkal pelanggaran terhadap anggota minoritas di Negara Bagian Rakhine, di Myanmar barat, tetapi mengatakan bahwa Rohingya bukan warga negara namum imigran ilegal dari Asia Selatan.

Rohingya telah bertahun-tahun menaiki kapal sekitar bulan November dan April untuk sampai ke negara-negara Asia Tenggara termasuk Malaysia, Thailand dan Indonesia.

Baca Juga: Karyawannya Tak Menjaga Kebersihan, Sebuah Pabrik Mie Ditutup karena Sangat Kotor dan Banyak Tikus

Muhyiddin mendesak badan pengungsi PBB untuk mempercepat pemukiman kembali Rohingya di Malaysia ke negara ketiga.

Badan itu mengatakan ada lebih dari 100.000 Rohingya di Malaysia meskipun kelompok HAM mengatakan jumlahnya lebih tinggi.

Dia juga menyerukan lebih banyak upaya untuk memerangi perdagangan Rohingya, yang katanya semakin berisiko untuk dieksploitasi, perbudakan dan perekrutan oleh militan.

"ASEAN harus berbuat lebih banyak untuk membantu Myanmar, dan Myanmar juga harus berbuat lebih banyak untuk membantu dirinya sendiri agar krisis ini tidak terjadi di belakang kita," katanya.

Baca Juga: Temukan Jejak Virus Corona di Sampel Limbah, Covid-19 Diklaim Ada Sejak Maret 2019 di Spanyol

Puluhan orang Rohingya meninggal dan tubuh mereka terlempar ke laut dari sebuah kapal yang kemudian mendarat di sebuah pulau Malaysia bulan ini dengan 269 orang di dalamnya.

Pada hari Kamis 25 Juni 2020, hampir 100 orang Rohingya diselamatkan oleh nelayan dari sebuah kapal yang terapung dari Indonesia.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x