Jadi Teka-teki Selama 34 Tahun, Swedia Akhirnya Tetapkan Tersangka Pembunuhan PM Palme 1986

- 11 Juni 2020, 07:19 WIB
POLITISI Swedia Olof Palme membuat tanda kemenangan setelah kemenangan pemilihan Sosial Demokrat, 19 September 1982. Foto diambil pada 19 September 1982.*
POLITISI Swedia Olof Palme membuat tanda kemenangan setelah kemenangan pemilihan Sosial Demokrat, 19 September 1982. Foto diambil pada 19 September 1982.* // TT News Agency/Bertil Ericson via REUTERS

PR TASIKMALAYA - 34 tahun berlalu, kepala penyidik Swedia akhirnya secara resmi menutup kasus terkait pembunuhan mantan Perdana Menteri (PM) Swedia Olof Palme pada Rabu, 10 Juni 2020.

Penutupan kasus tersebut berakhir dengan ditetapkannya Stig Engstrom sebagai pelaku pembunuhan mantan PM Swedia pada 1986.

"Pelakunya adalah Stig Engstrom. Karena tersangka telah meninggal dunia, maka saya tidak dapat menuntut hukuman terhadapnya dan dengan ini memutuskan untuk menutup penyidikan," kata Jaksa Penuntut Krister Petersson yang memimpin penyidikan kasus itu mulai 2017, dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.

Baca Juga: Jembatan Hancur Tersapu Longsor, Akses 75 Kepala Keluarga di Ciawi Terisolasi

Palme merupakan tokoh politik yang memimpin Partai Sosial Demokrat Swedia selama beberapa dekade dan menjabat sebagai perdana menteri dalam dua periode.

Ia merupakan salah satu perancang konsep negara kesejahteraan a la Skandinavia, juga pengkritik AS maupun Uni Soviet pada masa perang dingin.

Palme menjabat sebagai perdana menteri 1969 hingga 1976, kemudian 1982 hingga meninggal dunia pada 1986. Sebagian masyarakat menganggapnya sebagai bapak bangsa Swedia modern, sementara masyarakat konservatif mengecam pandangan Palme yang anti-kolonialis dan seringkali mengkritik AS.

Baca Juga: Bakal Calon Bupati Tasikmalaya Azies Rismaya Santuni Dua Lokasi Korban Kebakaran Rumah

Palme ditembak hingga tewas di pusat kota Stockholm pada 1986 usai mengunjungi bioskop bersama istri dan anaknya.

Engstrom sendiri ketika itu merupakan seorang perancang grafis yang bekerja di perusahaan asuransi, yang setelah peristiwa penembakan dikenal sebagai Skandiamannen (lelaki Skandia, merujuk pada perusahaan tempat dia bekerja). Dia meninggal pada 2000.

Dia telah lama diduga sebagai pelaku kejahatan itu setelah diketahui berada di lokasi saat peristiwa penembakan terjadi. Dia juga telah berulang kali dimintai keterangan oleh polisi namun kemudian selalu dikeluarkan dari penyidikan.

Baca Juga: Batal Berangkat ke Tanah Suci, Calon Jemaah Haji Bakal Dapat 'Nilai Manfaat'

Menurut Jaksa Petersson, sejumlah pernyataan saksi mata sejalan dengan dugaan bahwa Engstrom adalah si pembunuh, sementara para saksi mata juga menyanggah pernyataan Engstrom soal pergerakannya di lokasi kejadian.

Anggota keluarga Engstrom berulang kali membantah tuduhan itu. Dikutip dari surat kabar Expressen, dalam wawancara pada Februari lalu, istri Engstrom menyebut mendiang suaminya adalah orang yang terlalu canggung untuk bisa melakukan penembakan.

Dalam pernyataan resmi tim investigasi, Engstrom disebut sebagai pembunuh tunggal tanpa kaitan politik tertentu. Hal itu menegaskan bahwa sejumlah teori konspirasi yang melingkupi kasus penembakan Palme tidak lagi valid.

Selama ini, masyarakat Swedia mempunyai prasangka terhadap sejumlah pihak, mulai dari CIA (badan intelijen milik AS), kelompok separatis Kurdi, hingga pasukan keamanan Afrika Selatan.***

 

Editor: Suci Nurzannah Efendi

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x