Cerita Haru Perawat AS, Saksikan Pasien Sekarat Tanpa Keluarga hingga Tak Beristirahat

- 16 April 2020, 15:10 WIB
Julia Trainor, 23, seorang perawat terdaftar yang merawat pasien COVID-19 di unit perawatan intensif bedah (ICU), berpose untuk foto setelah shift 14 jam, di luar rumah sakit tempat dia bekerja, selama penyakit coronavirus (COVID -19) wabah, Maryland, AS, 8 April 2020
Julia Trainor, 23, seorang perawat terdaftar yang merawat pasien COVID-19 di unit perawatan intensif bedah (ICU), berpose untuk foto setelah shift 14 jam, di luar rumah sakit tempat dia bekerja, selama penyakit coronavirus (COVID -19) wabah, Maryland, AS, 8 April 2020 /*/Reuters

PIKIRAN RAKYAT - Sejumah cerita mengharukan datang dari para tenaga medis dunia yang bertugas sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien Covid-19.

Mereka menghabiskan waktu setiap hari di rumah sakit untuk melihat penderitaan pasien melewati masa sulitnya.

Seperti salah satu rumah sakit rujukan virus corona di Maryland, tempat para perawat dan dokter merawat pasien Covid-19 selama berminggu-minggu, namun tanpa membiarkan pihak keluarga untuk masuk dan menjenguk mereka.

Baca Juga: Negara Lain Tengah Tangani Covid-19, Tiongkok Sibuk Beraktivitas di Laut China Selatan

Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Reuters, seorang perawat bernama Julia Trainor, bercerita kisah haru yang menimpa dirinya saat ia memasangkan ventilator kepada pasien yang kemudian menangis sambil menelpon suaminnya.

"Saya memegang telepon di telinganya ketika dia mengatakan kepada suaminya bahwa dia sangat mencintainya dan kemudian saya harus menghapus air matanya.

"Aku telah terbiasa melihat pasien yang sangat sakit dan aku terbiasa dengan pasien yang sekarat, tetapi tidak ada yang seperti ini," ujar Trainor, yang bekerja di unit perawatan intensif bedah.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Pemalakan Mobil oleh Ojol di Jalan Pajajaran, Simak Faktanya

Akibat Covid-19 menyerang negara Amerika Serikat dengan sangat agresif, para pekerja medis di AS, baik dokter maupun perawat harus rela bekerja lebih dari 12 jam untuk merawat pasien.

Namun, momen yang paling menyedihkan adalah ketika melihat mereka mengalami masa-masa sekarat tanpa keluarga.

Baca Juga: LAPAN Ungkap Rekam Jejak Kapal Misterius yang Melintasi Kawasan Perairan Raja Ampat

Karena kebijakan tidak memperbolehkan keluarga mengunjungi pasien di rumah sakit, guna mencegah penyebaran Covid-19 lebih besar, maka staf medis harus merawat pasien dengan dukungan emosional seperti yang mereka butuhkan untuk bangkit dari virus ini.

Momen tersulit selama bekerja adalah dengan melihat pasien Covid-19 meninggal tanpa daya dan tanpa anggota keluarga mereka di samping mereka,” kata Ernest Capadngan, seorang perawat di unit biocontainment rumah sakit.

Baca Juga: Update Virus Corona di Indonesia per 16 April 2020: Kasus Meninggal Harian Mulai Menurun

Hal serupa juga disampaiakan tenaga medis lainnya. Mereka harus membantu para pasien untuk menyampaikan pesan kepada orang-orang tercintannya yang setia menunggu tanpa di perbolehkan masuk.

"Saya memiliki seorang pasien yang jatuh dari tempat tidur hari ini dan saya harus memanggil istrinya dan mengatakan kepadanya dan dia tidak bisa datang menemuinya, meskipun dia memohon dan memohon untuk datang menemuinya," kata Tracey Wilson, seorang praktisi perawat.

Baca Juga: Alami Lonjakan Aktivitas di Perairan Indonesia, 19 Kapal Ikan Asing Ilegal Ditangkap KKP

Tak hanya itu, Tiffany Fare seorang perawat juga menceritakan kisah haru lainnya, yang begitu membuat dirinnya menangis dan terpuruk, ketika seorang pasien tengah sekarat hanya bisa menyampaikan selamat tinggal melalui ponsel.

"Salah satu momen tersulit adalah melihat seorang anggota keluarga pasien Covid-19 mengucapkan selamat tinggal pada iPad. Kamu tidak bisa melihat kekasihmu dan kemudian mereka pergi." kata Tiffany Fare, seorang perawat di unit biocontainment.

Baca Juga: Cegah Sebaran Covid-19, Sistem Pelacakan Virus Corona akan Segera Hadir pada Android

Sementara itu, para tenaga medis juga bercerita bahwa di tengah pandemi ini mereka sangat kesulitann untuk beristirahat saat menjalankan tugas, bahkan Cheryll Mack seorang perawat di IGD, mengatakan setiap harinnya ia hanya keluar 15 menit pada siang hari hanya untuk bernapas.

Itu memberi saya kelegaan, hanya udara segar,” ujar Mack.

Setiap shift diakhiri dengan latihan dekontaminasi yang serupa. Perawat dan dokter harus melepas peralatan pelindung pribadi mereka dan mandi segera sebelum melakukan kontak dengan keluarga mereka di rumah.

Baca Juga: Wali Kota Tanjungpinang Positif Covid-19, Wawalkot Lakukan Rapid Test untuk Pencegahan

Saya mandi sangat lama, sangat panas. Dan kemudian saya biasanya duduk di sofa dan membaca buku atau menonton acara realitas meski masih memikirkan pasien-pasien saya disana, ”kata Martine Bell, seorang praktisi perawat.

Sementara itu, Laura Bontempo, seorang dokter pengobatan darurat, mengatakan bahwa ia melepaskan pakaian kerja dan peralatannya di tenda dekontaminasi yang ia dirikan di luar rumahnya, dan kemudian membungkus dirinya dengan handuk dan berlari ke dalam untuk mandi.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: REUTERS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah