Cuitannya Dianggap Promosikan Kekerasan, Mahathir Kritik Twitter dan Facebook

30 Oktober 2020, 20:27 WIB
Mantan Perdana Menteri Malaysia Dr. Mahathir Mohamad.* /Akun Twitter Resmi @chedetofficial/ /

PR TASIKMALAYA – Mantan Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad, mengkritik kebijakan Facebook dan Twitter terkait dengan penghapusan pernyataannya di kedua media sosial tersebut.

Selain itu juga, Mahathir menolak telah mempromosikan kekerasan terhadap Prancis.

Mahatir sebagai salah satu pemimpin terhormat di muslim dunia mengatakan, dalam media sosialnya pada Kamis, 29 Oktober 2020, bahwa dia percaya kebebasan berekspresi.

Baca Juga: Soal Isu LGBT di Lingkungan TNI-Polri, Komnas HAM Beri Pendapat

Tetapi, menurutnya kebebasan berekspresi seharusnya tidak digunakan untuk menghina yang lain.

Beberapa negara mayoritas Muslim telah mengecam pernyataan yang membela penggunaan kartun Nabi Muhammad di ruang kelas sekolah di Prancis, termasuk pernyataan Macron.

Bagi kebanyakan muslim, Karikatur Nabi Muhammad itu dianggap menghujat umat Islam.

Baca Juga: Bicara Sumbangsih Milenial, Ossy Dermawan Bandingkan Sikap Megawati dan SBY

Perselisihan dimulai setelah seorang guru Prancis yang menunjukkan kartun satir Nabi kepada murid-muridnya selama pelajaran kewarganegaraan.

Lalu, guru tersebut dipenggal di jalan oleh seorang penyerang asal Chechnya.

“Muslim memiliki hak untuk marah dan membunuh jutaan orang Prancis atas pembantaian di masa lalu,” tulis Mahathir dalam postingannya dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Reuters.

Baca Juga: Sediakan ‘Template’ Braille untuk Pemilih Pilkada 2020, KPU Gunung Kidul: Mereka Punya Hak yang Sama

“Tapi pada umumnya Muslim belum menerapkan hukum 'mata ganti mata'. Muslim tidak. Orang Prancis seharusnya tidak melakukannya," sambungnya.

“Sejak Anda telah menyalahkan semua Muslim dan agama Muslim atas apa yang dilakukan oleh satu orang yang marah, Muslim memiliki hak untuk menghukum Prancis,” lanjutnya lagi.

Mahatir juga menambahkan bahwa dia tidak menyetujui pembunuhan guru yang berasal dari Prancis itu.

Baca Juga: Aksi Presiden Prancis Dikecam Muslim Se-Dunia, PKS Minta Emmanuel Macron Tinjau Kembali Ucapannya

Twitter dan Facebook telah menghapus postingannya, karena tidak sesuai dengan aturan platform kedua media sosial tersebut, yang melarang menggaungkan kekerasan.

Mahathir menuduh media mengabaikan pernyataan selanjutnya yang mengatakan Muslim tidak pernah membalas dendam atas ketidakadilan terhadap mereka di masa lalu.

Selain itu juga, Mahathir mengatakan bahwa Prancis harus menghormati kepercayaan orang lain.

Baca Juga: Kejadian Penyerangan pada Seorang Ulama Saat Tengah Ceramah Terjadi Kembali, Kali ini di Aceh

"Apa yang dipromosikan oleh reaksi terhadap artikel saya ini adalah untuk membangkitkan kebencian Prancis terhadap Muslim," kata Mahathir dalam sebuah pernyataan.

Dia juga mengkritik Facebook dan Twitter karena menghapus postingan tersebut.

"Menurut saya, karena mereka adalah penyedia kebebasan berbicara, setidaknya mereka harus mengizinkan saya untuk menjelaskan dan mempertahankan posisi saya," ujar Mahatir.

Baca Juga: Pria Tunisia Pelaku Penyerangan 3 Warga Prancis di Nice, Kini Sedang Dalam Keadaan Kritis

Facebook mengatakan dalam email bahwa postingan Mahathir dihapus karena melanggar kebijakannya tentang ujaran kebencian.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Reuters

Tags

Terkini

Terpopuler