10 Kali Lebih Menular, Mutasi Baru Virus Corona Muncul dengan 'Duri' yang 4 Kali Lebih Banyak

16 Juni 2020, 12:00 WIB
ILUSTRASI virus corona.* //Pixabay//PIXABAY

PR TASIKMALAYA - Virus corona diidentifikasi oleh para ahli sebagai virus yang mengalami mutasi.

Studi baru kini menunjukkan, bahwa ada mutasi Covid-19 yang baru yang hampir 10 kali lebih menular daripada virus asli yang muncul di Wuhan, akhir Desember lalu.

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Daily Mail, Mutasi Covid-19 baru ini diketahui telah menghancurkan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Italia.

Baca Juga: Rafiki, Gorila Gunung Paling Terkenal di Uganda Tewas Ditombak Pemburu

Mutasi baru dari SARS-CoV-2 ini disebut D614G yang diketahui memiliki empat sampai lima kali lebih banyak 'duri' yang menonjol dari permukaan virus dan lebih memungkinkan untuk menempel ke sel manusia.

Sifat ini tidak hanya membuatnya lebih menular, tetapi juga membuat virus lebih stabil dan tangguh.

Para ilmuwan merasa bingung mengapa virus corona menyerang beberapa negara bagian dan sebagian negara lain lebih keras daripada yang lain.

Penelitian sebelumnya telah menyoroti bahwa jenis D614G yang kuat beredar dalam jumlah besar di Italia, Inggris dan New York City, di mana tingkat infeksi dan kematian termasuk yang terburuk di dunia.

Baca Juga: Minta Penegak Hukum Bekerja dengan Baik, Jokowi: 'Gigit' Saja Oknum yang Masih 'Bandel'

Sekarang, sebuah studi oleh para ilmuwan di Scripps Research telah mengonfirmasi bahwa virus corona yang bermutasi itu menempel pada reseptor lebih mudah daripada jenis lainnya.

Meskipun penelitian hanya melihat D614G dalam pengaturan laboratorium yang dikontrol ketat, para ahli mengatakan bahwa 'masuk akal' struktur virus strain membuatnya lebih menular pada manusia.

"Ya, itu masuk akal. Pekerjaan ini memiliki kualitas baik dan itu berarti bahwa virus dapat berhasil menginfeksi pada dosis yang lebih rendah dan menyebar dengan lebih luas," ujar Profesor Ian Jones, seorang ahli virus di University of Reading di Inggris.

Para peneliti di sana mengisolasi berbagai jenis virus corona yang telah diidentifikasi oleh tanda tangan genetik mereka di seluruh dunia.

Baca Juga: Ruben Pertahankan Merek 'Bensu', Pihak Benny Ancam akan Bawa ke Jalur Hukum Jika Logo Masih Mirip

Mereka kemudian ditempatkan masing-masing ke dalam semacam wadah mikroskopis, menguji seberapa agresif masing-masing strain menyerang sel manusia dalam cawan petri.

Salah satu strain dinyatakan sebagai mutasi yang paling ganas yang memberinya lebih banyak protein yang bisa menghasilkan 'lonjakan' kasus.

"Virus dengan mutasi ini jauh lebih menular daripada virus yang tidak memiliki mutasi dalam sistem kultur sel yang kami gunakan," kata ahli virus, Dr Hyeryun Choe yang juga merupakan penulis senior penelitian tersebut.

'Spike' adalah protein pada permukaan virus corona, yang juga dikenal sebagai SARS-CoV-2 yang memungkinkannya untuk menempel pada reseptor pada permukaan sel manusia.

Baca Juga: Protokol Kesehatan Diterapkan Sekolah di Tasikmalaya Saat Kelulusan Siswa

Secara khusus, ia berikatan dengan reseptor ACE2, yang lazim di permukaan sel paru-paru serta pembuluh darah yang membuat sistem ini menjadi target utama untuk virus.

Semakin banyak duri yang dimilikinya, semakin banyak peluang virus untuk menempel pada sel manusia, dan membajak mesinnya untuk memperbanyak dirinya.

"Jumlah atau kepadatan duri fungsional pada virus adalah 4 atau 5 kali lebih besar karena mutasi ini," kata Dr Choe.

Tidak hanya memiliki lebih banyak duri, mutasi ini juga memiliki duri yang disesuaikan dengan baik.

Baca Juga: Satu Legislator Reaktif Rapid Test, Aktivitas di Gedung DPRD Tasikmalaya Tetap Berjalan

Lonjakan proteinnya lebih fleksibel dan memberikan keuntungan bahwa duri tidak akan mudah pecah atau menekuk.

Dan semakin lama dan semakin stabil ia dapat menempel pada reseptor, semakin baik peluang bagi partikel virus untuk berbaris ke dalam sel manusia dan mengambilnya, tanpa virus itu hancur berkeping-keping.

"Data kami sangat jelas, virus menjadi jauh lebih stabil dengan mutasinya," kata Dr Choe.

Baca Juga: SK Gubernur Jabar Terkait Penanggulangan Covid-19 Dikecam Kalangan Pondok Pesantren

Para peneliti di Los Alamos National Laboratory di New Mexico mengatakan pada bulan Maret bahwa strain mutan mulai menyebar pada awal Februari di Eropa.

Sejak itu telah mencapai Amerika Serikat, di mana ia menjadi strain paling umum dan agresif di Pantai Timur pada bulan Maret, dan para ilmuwan di sana mengatakan itu sekarang menjadi strain yang mendominasi dunia.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Daily Mail

Tags

Terkini

Terpopuler