Tanggapi Pandemi Covid-19, PBB: Satu Wabah Timbulkan 3 Krisis untuk Pengungsi dan Imigran

5 Juni 2020, 16:45 WIB
LOGO PBB.* KEMLU /

PR TASIKMALAYA - Ketika Covid-19 terus menghancurkan kehidupan dan mata pencaharian di seluruh dunia, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyerukan semua memandang krisis sebagai kesempatan untuk membayangkan kembali mobilitas manusia untuk kepentingan semua orang.

Dalam sebuah pesan video untuk mempresentasikan Kebijakan Singkatnya yang baru, ia menyesalkan bahwa jutaan orang yang bepergian.

Ia merujuk pada pengungsi dan orang-orang terlantar yang terpaksa meninggalkan rumah mereka bencana, atau migran dalam situasi genting.

Baca Juga: Lambang PKI Dikabarkan Terpajang di Dalam Sebuah Gedung di Jakarta Pusat, Cek Faktanya

Orang-orang yang disebutkan itu sekarang menghadapi tiga krisis yang tergabung menjadi satu.

Pertama, Guterres mencatat, mereka dihadapkan dengan krisis kesehatan dalam konteks di dalam kondisi yang penuh sesak.

"jarak sosial adalah kemewahan yang mustahil." ujarnya dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Vatican News. 

Kebutuhan dasar seperti perawatan kesehatan, air, sanitasi dan nutrisi seringkali sulit ditemukan.

Baca Juga: Makan Sekali dalam Sepuluh Tahun, 'Bayi Naga' akan Mulai di Pajang Bulan ini di Pameran Slovenia

Kedua, orang-orang yang bergerak menghadapi krisis sosial ekonomi, walaupun seringkali tanpa akses ke perlindungan sosial seperti mereka yang bekerja di ekonomi informal.

Guterres menunjukkan bahwa hilangnya pendapatan dari COVID-19 kemungkinan akan menyebabkan penurunan pengiriman ekonomi yang sangat besar.

Covid-19 ini merampas sekitar 800 juta orang kehilangan pendapatan yang menjadi hal utama untuk kehidupan.

Ketiga, dengan lebih dari 150 negara memberlakukan batasan perbatasan untuk menahan penyebaran virus, kepala PBB mengatakan orang-orang yang bergerak juga menghadapi krisis perlindungan.

Baca Juga: Video 'Keke Bukan Boneka' Hilang di Youtube, Rinni Wulandari Sebut Bahwa itu Bukan Wewenangnya

Dia menunjukkan bahwa xenophobia, rasisme dan stigmatisasi sedang meningkat, dan perempuan dan anak perempuan secara khusus alami kekerasan, pelecehan dan eksploitasi berbasis gender.

Dalam konteks pandemi Covid-19 ini, Guterres menunjuk pada 4 pemahaman inti yang diperlukan untuk menata kembali mobilitas manusia.

Pertama, negara-negara perlu menyadari bahwa pengecualian itu mahal.

"Kesehatan masyarakat yang inklusif dan respon sosial-ekonomi akan membantu menekan virus, memulai kembali ekonomi kita dan memajukan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” ujarnya.

Baca Juga: Kerap Dengar Berita Penolakan Jenazah Covid-19, Ridwan Isa Hibahkan 1,5 Hektar Tanah untuk Pemakaman

Pemahaman kedua menyerukan untuk menjunjung tinggi martabat manusia dalam menghadapi pandemi.

Sekretaris Jenderal PBB memuji negara-negara yang telah menerapkan pembatasan dan kontrol perbatasan dengan penghormatan penuh terhadap hak asasi manusia, serta prinsip-prinsip perlindungan pengungsi internasional.

Namun, terlepas dari tantangan ini, Guterres mencatat bahwa orang-orang yang bergerak berkontribusi secara heroik di garis depan, dalam pekerjaan penting.

Sebagai contoh, dia mengatakan sekitar 1 dari 8 perawat secara global pergi jauh dari negara asalnya.

Baca Juga: Dana Haji Mengendap karena Pemberangkatan Batal, Sapuhi Minta Pengawasan

"Ketiga, tidak ada yang aman sampai semua orang aman. Diagnostik, perawatan dan vaksin harus dapat diakses oleh semua," ujar Guterres.

Sekretaris Jenderal itu menegaskan bahwa orang-orang yang bergerak maju menjadi bagian dari solusi tersebut.

“Tidak ada negara yang bisa memerangi pandemi atau mengelola migrasi sendirian. Bersama-sama, kita bisa mengandung penyebaran virus, melindungi dampaknya pada yang paling rentan dan pulih lebih baik untuk kepentingan semua,” tutupnya.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Tags

Terkini

Terpopuler