PR TASIKMALAYA - Tiongkok telah melakukan uji coba pengenalan wajah dan sistem kamera dengan kecerdasan buatan terhadap Muslim Uighur di wilayah Xinjiang.
Informasi perihal uji coba terhadap Muslim Uighur di wilayah Xinjiang tersebut pertama kali dilaporkan oleh insinyur perangkat lunak yang tidak ingin disebutkan namanya.
Insinyur itu mengaku bahwa ia pun membantu dalam pemasangan sistem ini di kantor polisi di Provinsi Xinjiang untuk mendeteksi emosi orang-orang Muslim Uighur.
Tiongkok seringkali menyatakan bahwa pengawasan di Uighur penting mengingat adanya gerakan separatis di kawasan itu.
Dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Independent, gerakan itu berupaya membentuk negara mereka sendiri dan telah membunuh ratusan orang.
Xinjiang merupakan rumah bagi setidaknya 12 juta etnis minoritas Uighur yang sebagian besar beragama Islam.
Baca Juga: Segera Klaim Kode Redeem ML 'Mobile Legends' Hari Ini Jumat, 28 Mei 2021: Ada 2 yang Paling Terbaru!
Mereka telah menyaksikan pelanggaran hak asasi manusia besar-besaran dan menerima perlakuan buruk di wilayah tersebut.
Tiongkok juga telah mendirikan "pusat pendidikan ulang" untuk orang-orang Uighur.
Hal ini karena Tiongkok telah banyak dikecam atas pelanggaran hak asasi manusia, penganiayaan, pemerkosaan dan penyiksaan.
Sementara itu, insinyur perangkat lunak itu juga enggan mengungkapkan nama perusahaan tempat dia bekerja karena khawatir akan keselamatannya sendiri.
Bagaimanapun, ia menunjukkan foto-foto lima orang Uighur yang menurutnya telah diuji oleh sistem pengenalan wajah milik pemerintah Tiongkok.
"Pemerintah Tiongkok menggunakan Uighur sebagai subjek uji untuk berbagai eksperimen seperti tikus yang digunakan di laboratorium," tuturnya.
“Kami menempatkan kamera pendeteksi emosi 3 meter dari subjek. Mirip dengan alat pendeteksi kebohongan tetapi teknologinya jauh lebih maju," terangnya.
Menurut insinyur tersebut, petugas polisi di Xinjiang menggunakan kursi penahan yang mengunci pergelangan tangan dan pergelangan kaki seseorang dengan pengekang logam.
Ia menjelaskan bahwa AI atau kecerdasan buatan, dilatih untuk mengenali dan menganalisis perubahan sekecil apapun pada ekspresi wajah dan pori-pori kulit.
Baca Juga: Penuhi Undangan Polres Kota Tasikmalaya, Anggota Senkom Mitra Polri Ikuti Program Vaksinasi Covid-19
Perangkat lunak itu kemudian akan membuat diagram lingkaran dengan segmen merah yang menunjukkan kondisi pikiran negatif atau cemas.
Pada Juli 2018, Huawei dan China Academy of Sciences mengajukan hak paten untuk produk pengenalan wajah yang mampu mengidentifikasi seseorang berdasarkan etnis mereka.
Namun, Huawei membantah hal ini dan pihaknya tidak membenarkan penggunaan teknologi untuk mendiskriminasi atau menindas anggota komunitas mana pun.***