Usai Ditangkap dalam Kudeta Myanmar, Kini Aung San Suu Kyi Dapat Tuduhan Korupsi oleh Junta Militer

19 Maret 2021, 13:30 WIB
Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi mendapat tuduhan korupsi dari militer.* /POOL New/REUTERS

PR TASIKMALAYA- Berdasarkan keterangan dari sang pengacara, pada Kamis, 18 Maret 2021, pemimpin sipil Myanmar yang digulingkan, Aung San Suu Kyi menghadapi tuduhan korupsi baru dari junta yang saat ini berkuasa militer.

Meski tuduhan yang dilayangkan oleh militer tersebut diduga "tidak berdasar", namun dapat dipastikan tuduhan korupsi itu dapat menghambat Aung San Suu Kyi untuk kembali ke dalam dunia politik Myanmar.

Sebelum Aung San Suu Kyi menerima tuduhan korupsi oleh militer Myanmar, pada awal Februari lalu, dirinya ditangkap dan ditahan oleh militer dalam aksi pengambilalih kekukasaan secara paksa.

Baca Juga: Kemenhub Cabut Larangan Mudik Lebaran 2021, Mardani Ali Sera: Kebijakan Ceroboh

Pada 1 Februari 2021, militer melakukan aksi kudeta terhadap pemerintahan Myanmar yang saat itu berkuasa yakni Aung San Suu Kyi, dalam aksi kudeta itu sejumlah pejabat pemerintah lainnya juga turut ditahan.

Sudah lebih dari satu bulan negara di Asia Tenggara itu dikudeta militer, dan dilaporkan lebih dari ratusan demonstran yang dinyatakan meninggal dunia saat melakukan unjuk rasa menentang kudeta militer tersebut.

Meskipun aksi kudeta itu diklaim militer setelah menduga adanya kecurangan pada Pemilu Myanmar November lalu, namun pihak penyelenggara pemilu menilai bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar.

Baca Juga: Pemerintah Izinkan Mudik 2021, Mardani Ali Sera Ingatkan Menhub Saat Diserang Covid-19

Setelah menangkap Aung San Suu Kyi sebelumnya, kini militer melancarkan serangannya dengan menuduh pemimpin Myanmar itu atas tuduhan korupsi.

Sebagaimana diberitakan Portaljember.Pikiran-Rakyat.com dalam judul artikel "Aung San Suu Kyi Hadapi Tuduhan Korupsi dari Junta Militer dalam Kondisi Myanmar yang Mencekam", rezim militer baru telah mengeluarkan beberapa tuduhan kriminal terhadap peraih Nobel itu sejak ditahan bersama sekutu politik lain.

Beberapa tuduhan termasuk kepemilikan walkie-talkie tanpa izin dan melanggar pembatasan terkait Covid-19.

Baca Juga: Tanggapi Sidang Habib Rizieq Shihab, Refly Harun: Dia Harus Punya Akses Keadilan

Pada Rabu malam, penyiar militer Myawady menayangkan video seorang pengusaha Myanmar yang mengaku memberi Aung San Suu Kyi total US $ 550.000 selama beberapa tahun.

Maung Weik mengatakan telah menyumbangkan uang kepada tokoh-tokoh senior pemerintah untuk kebaikan bisnis.

"Aung San Suu Kyi melakukan korupsi dan (pihak berwenang) bersiap untuk menuntutnya sesuai dengan undang-undang antikorupsi," kata seorang penyiar selama siaran.

Baca Juga: Geram, Dewi Tanjung Siap Adukan Mafia Tanah di Sumut ke Presiden Jokowi

Ini bukan pertama kalinya tuduhan korupsi ditujukan kepada Aung San Suu Kyi.

Pekan lalu seorang juru bicara junta mengatakan, menteri utama yang sekarang ditahan telah mengaku memberi Aung San Suu Kyi US $ 600.000 dan lebih dari 10 kg emas batangan.

"Tuduhan itu tidak berdasar," kata pengacara Aung San Suu Kyi, Khin Maung Zaw, kepada AFP, dikutip PORTAL JEMBER dari Channel News Asia.

Baca Juga: Dewa Kipas vs Irene Sukandar, Sudjiwo Tedjwo: Ditunggu oleh Pihak yang Tujuan Hidupnya Menang-menangan

"Aung San Suu Kyi mungkin memiliki kekurangan, tapi suap dan korupsi bukan sifatnya," kata Khin Maung Zaw, menambahkan bahwa kebanyakan orang di Myanmar tidak akan mempercayai tuduhan tersebut.

Namun, Khin Maung Zaw berpendapat bahwa hukuman penyuapan dalam kasus yang melawan "karakter pribadi" dapat menyebabkan Aung San Suu Kyi "dilarang mengambil bagian dalam kegiatan politik".

Tentara dan polisi kembali menimbulkan ketakutan publik di Yangon yang dilanda ketegangan pada Rabu malam. Penutupan akses internet mendorong penduduk yang ketakutan ke dalam pemadaman informasi.

Baca Juga: Orsic Cetak Hattrick, Dinamo Zagreb Singkirkan Tottenham Hotspur dari Liga Eropa

Menurut dokter dari kotapraja Okkalapa Selatan, pasukan keamanan mengancam akan menembak penduduk jika tidak melepaskan barikade yang telah dibangun di ibukota komersial saat melawan pihak berwenang.

Pasukan keamanan juga menggerebek rumah dan menangkap sedikitnya 10 orang.

Di kota tetangga Thingangyun, seorang pria mengatakan telah mendengar tembakan terus menerus selama 30 menit sebelum tengah malam.

Baca Juga: Telan Kekalahan dari Olympiacos, Arsenal Tetap Lolos ke 8 Besar Liga Eropa

Bahkan pergi keluar untuk membeli makanan telah menjadi cobaan yang menakutkan, dengan penduduk terpaksa bergerak cepat melalui jalan-jalan untuk menghindari pertemuan patroli pasukan keamanan.

"Itu membuat saya sedih dan marah juga. Sepertinya semua impian (demokrasi) kita telah lenyap," katanya.

Tapi "kebencian kami (terhadap rezim militer) melebihi dari ketakutan kami."

Baca Juga: Diduga Ada Diskriminasi, Taufik Hidayat Ungkap Kejanggalan Soal Indonesia Didepak di All England 2021

Demonstran kembali turun ke jalan pada Kamis, dengan beberapa orang di Yangon menguji katapel raksasa untuk menembakkan proyektil.

Terlepas dari kecaman massa internasional, junta terus menambah jumlah korban, dengan AAPP melaporkan pada Kamis bahwa lebih dari 210 korban tewas sejauh ini.***(Selli Kurniawan/Portaljember.Pikiran-Rakyat.com)

Editor: Arman Muharam

Sumber: portaljember.pikiran-rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler