PR TASIKMALAYA - Agar tidak ikut aksi unjuk rasa menentang kudeta miiter, supervisi di salah satu pabrik garmen di Myanmar menahan ribuan buruhnya di dalam pabrik.
Ribuan buruh yang bekerja di GY Sen, pabrik yang menyuplai kaus untuk Jenama Primark itu, dilarang meninggalkan pabrik karena dikhawatirkan akan ikut turun dalam aksi demonstrasi menentang kudeta yang dilakukan militer Myanmar.
Seperti diketahui, sejak Myanmar di kudeta oleh militer pada 1 Februari 2021 lalu, sudah lebih dari puluhan orang dari demonstran yang meninggal dunia karena ditembak oleh pasukan bersenjata pro militer ketika sedang melakukan unjuk rasa.
Baca Juga: BPK Temukan Ketidakberesan Keuangan di Kemendes PDTT, Wakil Ketua Komisi V DPR Berikan Teguran Keras
Aksi kudeta itu bermula dari kecurigaan militer yang mengklaim bahwa hasil dari Pemilu yang dimenenangkan oleh partai Aung San Suu Kyi pada bulan November tahun lalu telah dicurangi.
Meski pihak penyelenggara pemilu menilai bahwa klain kecurangan itu tak terbukti, namun militer tetap melancarkan aksi kudetanya.
Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam judul artikel "Cegah Ikut Demonstrasi, Ribuan Buruh Garmen Myanmar Dikurung di Pabrik", kini sudah lebih dari puluhan orang dilaporkan tewas akibat bentrokan dengan aparat, ribuan yang lain ditahan.
Dikutip Pikiran-rakyat.com (PR) dari The Guardian pada 13 Maret 2021, ribuan buruh garmen GY Sen dicegah oleh supervisi mereka turun berdemonstrasi di ibu kota Yangon pada 18 Februari 2021.