Skizofrenia: Gangguan Mental yang Terlihat Sejak Usia Remaja, Simak Penjelasannya

8 Oktober 2020, 19:20 WIB
Ilustrasi gangguan skizofrenia.* /Pixabay./

PR TASIKMALAYA – Gangguan mental dapat diderita oleh siapapun, tak terkecuali orang disekitar Anda. Gangguan mental ini kadang tidak disadari oleh penderita maupun orang disekitarnya.

Kurangnya edukasi menjadi momok yang menakutkan untuk penderita mendatangi psikolog maupun piskiater.

Adanya pelabelan negatif bagi penderita gangguan mental dari masyarakat merupakan sebuah kekeliruan yang harus diluruskan.

Baca Juga: Target EBT di 2025, DPR Usulkan Pembentukan Badan Pengelola

Salah satu gangguan mental yang sering didengar ialah Skizofrenia. Dimana, gangguan mental ini terjadi dalam jangka panjang.

Gangguan ini menyebabkan penderitanya mengalami halusinasi, delusi atau waham, kekacauan berfikir, dan perubahan perilaku.

Menurut dokter Tjin Will yang dikutip dari Antata, gelaja tersebut merupakan gejala dari psikosis, dimana penderitanya kesulitan membedakan kenyataan dengan pikirannya sendiri.

Baca Juga: Ingin Tidur Nyenyak? ini 10 Hal yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan Sebelum Tidur

Namun, antara skozofrenia dengan psikosis ini tidak dapat disamakan. Karena, psikosis merupakan salah satu gejala dari beberapa gangguan mental, diantaranya skizofrenia.

Berdasarkan data dari WHO, diperkirakan lebih dari 21 juta orang di seluruh dunia menderita skizofrenia. Penderita gangguan mental ini berisiko 2-3 kali lebih tinggi mengalami kematian pada usia muda.

Di samping itu, setengah dari penderita skizofrenia diketahui menderita gannguan mental lain, seperti penyalahgunaan NAPZA, depresi, dan gangguan kecemasan.

Baca Juga: Kabar Baik! PLN akan Perpanjang Program Super Merdeka untuk UMKM dan IKM

Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, diperkirakan 1-2 orang tiap 1000 penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat, termasuk skizofrenia, dan hampir 15 persen penderitanya mengalami pemasungan.

Gejala Skizofrenia

Gejawa awal skizofrenia umumnya muncul di masa remaja. Sehingga, gejala awal ini sering disalahartikan, karena dinilai wajar terjadi pada masa remaja.

Pada pria, gejala awal muncul di usia 15-30 tahun. Sedangkan pada wanita, gejala biasanya menyerang usia 25-30 tahun.

Baca Juga: Ditegur Serikat Pekerja Kesehatan dan Medis Korea, MV 'Lovesick Girls' BLACKPINK Akan Diedit Ulang

Beberapa gejala awal skizofrenia yaitu cenderung mengasingkan diri dari orang lain, mudah marah dan depresi, perubahan pola tidur, kurang konsentrasi dan motivasi, kesulitan dalam mengerjakan tugas sekolah.

Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua kategori, yakni gejala positif dan negatif.

Gejala Positif

Gejala ini mengacu pada perilaku yang tidak tampak pada individu yang sehat.

Baca Juga: LAN dan KPK Kerja Sama Berantas Korupsi, Begini Tanggapan Tjahjo Kumolo

Pertama, halusinasi. Pada gejala ini, seseorang mengalami sesuatu yang terasa nyata, namun sebenarnya perasaan itu hanya ada di pikiran penderitanya.

Misalnya, penderita merasa mendengar sesuatu, padahal orang lain tidak mendengar apapun.

Kedua, delusi atau waham yang meyakini sesuatu yang bertolak belakang dengan kenyataan.

Baca Juga: Apakah Jaga Jarak Dua Meter Efektif Cegah Penularan Virus Corona? ini Menurut Pakar

Gejalanya beragam, mulai dari merasa diawasi dan diikuti. Sebagian besar penderita skizofrenia mengalami gejala ini.

Ketiga, kacau dalam berpikir dan berbicara. Gejala ini dapat diketahui dari kesulitan penderita dalam berbicara.

Penderita skizofrenia sulit berkonsentrasi, bahkan membaca koran atau menonton televisi saja terasa menyulitkan.

Baca Juga: Paksa Masuk Gedung DPRD, Para Buruh Saling Lempar dengan Polisi dalam Demo Penolakan UU Cipta Kerja

Caranya berkomunikasi juga membingungkan, sehingga sulit dimengerti oleh lawan bicaranya.

Keempat, perilaku kacau. Perilaku penderita skizofrenia sulit diprediksi. Bahkan cara berpakaiannya juga tidak biasa.

Secara tidak terduga, penderita dapat tiba-tiba berteriak dan marah tanpa alasan.

Baca Juga: Relawan Jokowi Polisikan Najwa Shihab, Pakar Politik: Langkah Pelapor Sama Saja Permalukan Presiden

Gejala Negatif

Gejala negatif ini mengacu pada hilangnya minat yang sebelumnya dimiliki oleh penderita.

Gejala negatif dapat berlangsung beberapa tahun, sebelum penderita mengalami gejawa awal.

Seringkali, hubungan penderita dan keluarga rusak akibat gejala negatif. Hal ini karena gejala negatif seringkali disalahartikan sebagai sikap malas atau tidak sopan.

Baca Juga: Ridwan Kamil Turut Komentari Soal UU Cipta Kerja, Annisa Pohan: Sehat Kang?

Gejala negatif umumnya bertahap dan mamburuk seiring waktu, diantaranya adalah respons yang ganjil.

Misalnya ekspresi wajah dan nada bicara yang berubah (monoton), sulit untuk merasa senang atau puas, enggan bersosialisasi dan lebih berdiam di rumah, kehilangan minat dan motivasi pada berbagai aktivitas, seperti menjalin hubungan.

Penderita penyakit ini juga punya pola tidur yang berubah, merasa tidak nyaman berada dekat orang lain, dan tidak mau memulai percakapan serta tidak peduli pada penampilan dan kebersihan diri.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler