Bukan Hanya Sesak Nafas, Dua Studi Ungkap Gejala Lain Munculnya Covid-19 dalam Tubuh

31 Mei 2020, 13:35 WIB
ILUSTRASI Corona Virus (COVID-19) /PIXABAY/.*/PIXABAY

PIKIRAN RAKYAT - Ketika kasus-kasus Covid-19 di seluruh dunia meningkat pada tahun ini, gejala-gejala dan informasi baru tentang virus ini menjadi jelas. 

Awalnya, gejala infeksi yang disebabkan oleh SARS-CoV-2 ini hanya demam, batuk, dan sesak napas. Namun, seiring perkembangannya tercatat gejala lain seperti sakit kepala, nyeri otot, dll.

Dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari situs Times Now News, kehilangan bau dan rasa juga dilaporkan sebagai gejala Covid-19. 

Baca Juga: Tuai Pro dan Kontra, Psikolog Sebut Ada 3 Tipe Masyarakat dalam Menyambut  New Normal

Namun, sebuah studi baru-baru ini telah menemukan bahwa gejala-gejala ini mungkin lebih umum daripada yang diperkirakan, dan mempengaruhi hampir 50 persen pasien Covid-19. 

Dua studi baru yang dirilis dalam minggu sebelumnya telah menemukan bukti hilangnya rasa dan bau sebagai gejala Covid-19. 

Salah satu studi dipimpin oleh University of Toledo di Ohio. Mereka melihat data dari lima studi yang melibatkan 817 pasien. Itu dimulai pertengahan Januari dan berakhir pada bulan Maret.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Surat Internal The Jakarta Post yang Diklaim akan Tutup Akibat Pandemi Covid-19

Temuan penelitian ini diterbitkan dalam jurnal Gastroenterology, hasilnya menunjukkan bahwa 49,8 persen pasien yang mengontrak Covid-19 mengalami perubahan dalam hal rasa dan kemampuan untuk merasakan. 

Namun, para peneliti percaya bahwa jumlah itu mungkin sebenarnya terlalu rendah karena penelitian didasarkan pada ulasan dari grafik pasien, yang mungkin belum mencatat setiap gejala. 

"Studi sebelumnya tidak mencatat gejala ini, dan itu mungkin karena keparahan gejala lain seperti batuk, demam dan kesulitan bernafas," kata penulis utama Dr Muhammad Aziz. 

Baca Juga: Ungkap 5 Tips Hadapi New Normal, Psikolog: Ini Masih Lampu Kuning Belum Hijau

Aziz mengatakan tim peneliti mulai memperhatikan bahwa indra perasa yang berubah atau hilang juga ada, tidak hanya di sana-sini, tetapi dalam proporsi yang signifikan.

“Kami mengusulkan bahwa gejala ini harus menjadi salah satu gejala skrining selain demam, sesak napas dan batuk produktif. Tidak hanya untuk pasien Covid-19 yang dicurigai, tetapi juga untuk populasi umum untuk mengidentifikasi pembawa virus yang sehat, ” tambah Aziz

Hal tersebut mengingat bahwa banyak pasien Covid-19 tidak memiliki gejala.

Baca Juga: Masih Banyak Kecamatan dalam Zona Waspada Covid-19, Pos PSBB di Bandung akan Ditiadakan

Studi lain, yang berbasis di Kanada, dan diterbitkan dalam jurnal CMAJ, telah menemukan bahwa kehilangan bau dan rasa keduanya sangat terkait dengan SARS-CoV-2, virus yang bertanggung jawab menyebabkan Covid-19.

Studi ini mengamati 134 orang yang dites positif Covid-19, peneliti menemukan bahwa 63 persen melaporkan kehilangan bau, atau perubahan kemampuan rasa, dibandingkan dengan 8 persen pada kelompok kontrol yang tidak memiliki virus.

Baca Juga: Cek Fakta: Beredar Kabar Indomaret Buat Layanan Pembelian Voucher Game Melalui SMS, Simak Faktanya

“Kami menemukan bahwa anosmia dan dysgeusia adalah gejala paling khas yang terkait dengan infeksi SARS-CoV-2 dan bahwa gejala-gejala ini bisa parah, seperti yang ditunjukkan oleh hilangnya persepsi bau seperti kopi dan sampah,” kata penulis Dr Alex Carignan .

Kesimpulan ahsil studi di Kanda menyatakan Gejala-gejala ini harus dianggap sebagai fitur umum dan khas dari infeksi SARS-CoV-2 dan harus berfungsi sebagai indikasi untuk pengujian dan kemungkinan pengujian ulang terhadap orang-orang yang hasil tes pertamanya negative.

Baca Juga: Donald Trump Ancam Tembak Pengunjuk Rasa, Kicauan Taylor Swift Tuai Dukungan Warganet

Kedua studi ini menambah bukti bahwa Covid-19 menyebabkan perubahan rasa dan bau, kejadian utama pada orang yang dites positif terkena virus.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: Times Now News

Tags

Terkini

Terpopuler