“Orang luar ikut memproduksi motif rangrang hingga pada titik tertentu kehilangan selera pasar. Saya tak ingin hal tersebut terjadi pada kain endek,” ucapnya.
Baca Juga: Suga Kirim Persembahan ke Kuil Kontroversial untuk Pertama Kalinya Sejak Menjadi PM Jepang
Oleh sebab itu, ia mengajak semua pihak menjadikan pengalaman tersebut sebagai sebuah pelajaran. Jangan dibutakan oleh rasa bangga lalu abai terhadap kewajiban untuk menjaga dan melestarikan.
Dalam konteks perlindungan dan pelestarian kain endek, ia pun menyebut sejumlah syarat mutlak yang harus dipenuhi oleh rumah mode Christian Dior dalam pemenuhan kebutuhan bahan endek untuk koleksi busananya tahun 2021 mendatang.
Dior wajib menggunakan kain endek yang benar-benar diproduksi oleh perajin Bali.
Baca Juga: Kanada Balas Peringatan dari Tiongkok, Trudeau: Kami akan Terus Membela HAM di Negara itu
Syarat lainnya, pihak Dior juga harus memahami bahwa endek bukanlah tenun yang bisa diproduksi secara massal dengan motif, dan warna yang seragam.
“Kain kita ini punya keterbatasan dalam produksi, selain itu dalam teknik pewarnaan sangat dipengaruhi oleh sinar. Jadi, celupan pertama dan berikutnya pasti akan ada perbedaan,” lanjut Ny. Koster
Hal tersebut justru menjadi keunggulan dari kain endek karena sifatnya yang limited edition. Syarat lain yang ditawarkan dalam kejasama ini adalah keterlibatan eksportir putra daerah Bali.
Baca Juga: Fakta Dibalik Tagar #WhatsHappeningInThailand, Tuntut Cabut Hukum Lese Majeste