ISPO Disebut Sudah Penuhi Syarat Sustainability, CPOC: Pastikan Produk Kelapa Sawit Tidak Tertinggal

- 5 Mei 2024, 11:45 WIB
Ilustrasi - ISPO yang dianggap telah memenuhi syarat sustainability Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) untuk produk kelapa sawit di Indonesia.
Ilustrasi - ISPO yang dianggap telah memenuhi syarat sustainability Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) untuk produk kelapa sawit di Indonesia. /Pixabay/sarangib/

PR TASIKMALAYA - Dalam era yang semakin peduli terhadap lingkungan, sertifikasi dan standar keberlanjutan menjadi semakin penting bagi industri. Salah satu di antaranya yaitu industri kelapa sawit. 

Melalui Inisiatif Keberlanjutan Kelapa Sawit (ISPO), produsen dan pengolah kelapa sawit di Indonesia diharapkan mematuhi praktik-praktik yang ramah lingkungan dan sosial. 

Dalam artikel ini, akan dibagikan mengenai informasi tentang ISPO yang dianggap telah memenuhi syarat sustainability
Dewan Negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) untuk produk kelapa sawit di Indonesia. 

“Jadi ISPO sudah memenuhi persyaratan keberlanjutan,” kata Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman di Jakarta, Sabtu, 4 Mei 2024, sebagaimana dilansir PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara. 

Baca Juga: Bahaya bagi Kesehatan Remaja, Inilah Efek Vape yang Bisa Pengaruhi Otak

Berdasarkan hal tersebut, lanjutnya dalam focus group Discussion (FGD) “Diskusi Komprehensif Regulasi Sawit Indonesia”, sertifikasi ISPO terus didorong yang mensyaratkan adanya legislasi anti deforestasi Uni Eropa (EU Deforestation Regulation/EUDR). 

Menurut Rizal, sertifikasi ISPO perlu didorong untuk menunjukkan bahwa model penanaman kelapa sawit yang diterapkan memenuhi persyaratan keberlanjutan, terutama persyaratan untuk terus mengekspor ke negara-negara Uni Eropa (UE). 

Pada tahun 2023, Indonesia dan Malaysia akan menjadi eksportir minyak sawit terbesar di dunia, dengan masing-masing 28,6 juta ton (56%) dan 15,1 juta ton (29,6%). 

Rizal juga mengatakan, meski ekspor ke UE tidak besar, namun akan berdampak besar bagi produsen sawit karena terdapat perbedaan antara regulasi EUDR dengan kondisi aktual yang dihadapi produsen sawit sehari-hari. 

Halaman:

Editor: Aghnia Nurfitriani

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah