Tahu dan Tempe Alami Kelangkaan, Polri Ancam Akan Tindak Hukum Penimbun Kedelai

- 6 Januari 2021, 18:20 WIB
Kadiv. Humas Polri Irjen Pol. Argo Yuwono
Kadiv. Humas Polri Irjen Pol. Argo Yuwono /polri.go.id

PR TASIKMALAYA – Polri menyatakan akan menindak secara hukum importer kedelai yang berusaha melakukan penimbunan serta mempermainkan harga hingga menyebabkan kelangkaan dan tingginya harga bahan baku tahu dan tempe tersebut.

"Polri merespon kelangkaan kedelai di pasar terutama importir, apabila ditemukan ada dugaan pidana maka Satgas Pangan akan melakukan penegakan hukum," ujar Kadiv Humas Polri Irjen Argo Yuwono Rabu, 6 Januari 2021.

Ia menyebut, Satgas Pangan Bareskrim Polri bahkan telah menjalankan pemeriksaan ke gudang-gudang importer kedelai.

Baca Juga: Telah Lakukan Aksinya Sebanyak Empat Kali, Pria Ini Nekat Curi Al-Qur'an Masjid untuk Dijual

Gudang yang diperiksa di antaranya milik PT. Segitiga Agro Mandiri yang terletak di Bekasi, yang mengimpor kedelai dari ex Amerika yang berkapasitas 6.000 hingga 7.000 ton per bulan.

"Bahwa kedelai impor tersebut selain diperuntukkan guna pemenuhan industri tahu dan tempe untuk kwalitas II juga dipergunakan untuk proses pakan ternak dan proses pembuatan minyak kedelai serta produk turunan lainya," ujar Irjen Pol Argo Yuwono.

Bahan baku tersebut juga kemudian disalurkan ke UMKM industri tahu dan tempe di wilayah Jabodetabek dan Bandung Jawa Barat sebanyak 250-300 ton per hari, sementara stok yang tersisa saat ini ialah 2.500 ton.

Baca Juga: Tanggapi Kasus Jack Ma, Jimly Asshidiqie Tawarkan Pemberian Status WNI

Bahan baku pembuatan tahu dan tempe itu juga disalurkan lewat distributor yang saat ini diberi harga Rp8.600 per Kg setelah mengalami kenaikan lebih kurang Rp1.000 sejak menjelang natal pada bulan Desember 2020.

"Didapat informasi dari staf perusahaan tersebut kenaikan harga disebabkan karena selain harga beli di negara asal terjadi kenaikan yang sebelumnya 6.800 menjadi 8.300 juga disebabkan dikarenakan sejak pertengahan bulan Oktober-Desember 2020 kapal yang langsung tujuan Indonesia sangat jarang sehingga menggunakan angkutan tujuan Singapore dan sering terjadinya delay dikarenakan menunggu waktu dalam conecting ke Indonesia sehingga keterlambatan antara 2- 3 minggu," papar Argo Yuwono.

Dilansir dari PMJ News oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com, pemeriksaan yang kedua dilaksanakan di PT FKS Mitra Agro di Pasar Kemis Pasir Jaya Cikupa Tangerang.

Baca Juga: Menkes Budi: Rencanakan 181 Juta Warga Indonesia Vaksinasi Covid-19 dalam Waktu 15 Bulan

Pemeriksaan tersebut menghasilkan bukti bahwa pada tanggal 31 Desember 2020 ada 533,29 ton yang diterima dan telah disalurkan sebanyak 79 ton dengan sisa stok 474,29 ton di tanggal yang sama.

"Bahwa pada tanggal 4 Januari 2021 kedelai masuk sebanyak 460,22 ton dan sudah didistribusikan sebanyak 76 ton, sisa stok per 4 Januari sebanyak 384,22 ton. Sisa stok per tanggal 5 Januari 2021 sebanyak 858,51 ton," terangnya.

Satgas Pangan Bareskrim Polri melanjutkan pemeriksaan ke PT Sungai Budi di Daan Mogot di Kota Tangerang, Banten.

Baca Juga: Kabar Gembira, Jokowi Resmikan 7 Kelompok Masyarakat Ini Gratis Buat dan Perpanjang SIM

Di perusahaan tersebut didapati bahwa pada 4 Januari 2021, sebanyak 400 ton kedelai masuk dengan 300 ton telah disalurkan ke konsumen.

Sehingga, saat ini, per 5 Januari 2021, stok yang tersisa ialah sebesar 100 ton.***

Editor: Tita Salsabila

Sumber: PMJ News


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x