Khawatir Tahu Tempe Semakin Langka, PKS: Kemendag Jangan Anggap Remeh

- 4 Januari 2021, 19:18 WIB
Ilustrasi Tempe.*
Ilustrasi Tempe.* /pixabay.com/mochawalk

PR TASIKMALAYA - Anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi PKS, Rafli, turut menanggapi isu kelangkaan bahan makanan tempe dan tahu akibat harga kedelai yang melonjak.

Rafli meminta Kementerian Perdagangan untuk mampu meredam keresahan konsumen terkait hilangnya stok tahu dan tempe di lapak pedagang dalam dua hari ini.

Ketiadaan tahu dan tempe di pasaran merupakan imbas kenaikan harga kedelai dari Rp 7.200 menjadi Rp 9.200 per kilogram.

Baca Juga: Airlangga Hartarto Optimis IHSG Mampu Capai Level 7.000 di Akhir Desember 2021

Adapun kelangkaan tempe dan tahu ini, menurut Rafli, dikhawatirkan akan berimbas meluas ke berbagai daerah karena hilangnya stok kedelai akibat imbas mogok produksi di kalangan perajin.

“Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus mampu mengatasi hal ini. Ini kemana Kemendag? Jangan dianggap remeh-temeh persoalan ini.

"Keluhan dari perajin kedelai harus disikapi dengan langkah-langkah cepat. Konsumen sudah gelisah,” terang Rafli dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari PKS.

Baca Juga: Polemik Pembubaran FPI, Ketua PBNU: Kalau Pemerintah Anti Ormas Islam, yang Lain Bubar

Rafli menegaskan, sejak komoditas berbahan baku kacang kedelai itu hilang dari pasaran, banyak pedagang beralih menjual kentang goreng dan sayuran.

Ia juga mengungkapkan, masyarakat berharap para produsen kembali memasok tahu dan tempe, karena menjadi salah satu makanan yang populer di kalangan masyarakat Indonesia.

“Masyarakat tentu berharap, produsen kembali memasok tahu dan tempe sebab penggemar makanan tersebut cukup tinggi di warungnya. Namanya orang Indonesia, kan favoritnya tahu tempe,” ungkapnya.

Baca Juga: Penyebarannya masih Masif, Berikut 4 Cara Optimalkan Kesehatan Tubuh agar Terbebas dari Covid-19

Rafli pun berpesan kepada produsen agar harga tahu tempe bisa stabil, namun kalaupun harus naik harganya tetap wajar dan bisa terjangkau.

“Walaupun harganya naik, yang penting ada. Yang penting naiknya terjangkau,” jelasnya.

Dari laporan yang diterima Rafli, terhitung mulai 1 hingga 3 Januari 2021, sejumlah perajin stop produksi.

Baca Juga: Diperiksa soal Aksi 1812, Ketum PA 212: Saya Peserta, Belum Hadir Sudah Dibubarkan

Ada sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi tahu dan tempe, sepakat untuk mogok produksi.

Ia lantas meminta Kemendag untuk tidak diam diri dan berinisiatif mengatasi kondisi ini.

“Jika setiap harinya produsen memasok kebutuhan tahu dan tempe di Jakarta sebanyak 500 hingga 600 ton lalu menghilang, bagaimana dengan daerah lain.

Baca Juga: Politisi Demokrat Soroti Kenaikan Anggaran Pertahanan, Jubir Prabowo Buka Suara

"Kemendag jangan diam saja, harus ada langkah dan inisiatif cepat,” tegas politisi asal Aceh tersebut. ***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: PKS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x