“Mabuk itu artinya tidak sadar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) salah satu arti mabuk adalah berbuat di luar kesadaran. Mabuk beragama dapat diartikan beragama tapi tak menyadari makna beragama,” sambungnya.
Baca Juga: Resep Omelet Potato Ham, Cocok jadi Menu Diet dengan Rendah Karbo
Hendro menjaslakn, orang yang mabuk agama sebagai orang yang mencintai agama, akan tetapi tidak miliki disiplin sosial berkaitan soal Pancasila.
“Akar dari radikalisme subur di tanah yang masyarakatnya mabuk agama. Mereka mencintai agama tapi tidak memiliki disiplin sosial,” ucap Hendropriyono.
“Bahwa menjalankan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, harus dilaksanakan sesuai sila kedua, yaitu Kemanusiaan yang adil dan beradab,” tambahnya.
Baca Juga: Soroti Isu Nasional Terkini, Ketum PP Muhammadiyah: Entah Ada Apa di Bangsa Kita
Ia mempertegas bahwa hubungan agama dengan Pancasila sebagai falsafah dan asas bernegara.
“Agama dan beragama harus membuat orang sadar bukan sebaliknya. Juga perlu memahami hubungan agama dan Pancasila sebagai falsafah dan asas bernegara,” tulis Hendropriyono.
“Pancasila justru lahir karena agama, bukan di atas agama. Pancasila juga tidak boleh didikotomikan dengan agama,” tambahnya.
Baca Juga: Hasil Survei Mengejutkan di Ghana, Mi Instan Asal Indonesia Disebut Penyebab Angka Kehamilan Naik