Pelaku Kasus Novel Baswedan Dituntut 1 Tahun Penjara, JPU: Mereka Telah Mengabdi Selama 10 Tahun

12 Juni 2020, 10:15 WIB
SUASANA sidang tuntutan kasus penyiraman air keras terhadap penyidik KPK Novel Baswedan dengan terdakwa Ronny Bugis dan Rahmat Kadir Mahulette yang disiarkan secara "live streaming" di Pengadilan Negeri Jakarta Utara, Jakarta, Kamis (11/6/2020).* //ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/aww/pri.

PR TASIKMALAYA - JPU Kejari Jakarta Utara telah menuntut dua pelaku penyiram air keras terhadap Novel Baswedan dengan hukuman penjara selama satu tahun.

Kedua pelaku, Ronny Bugis bersama Rahmat Kadi Mahulette yang juga merupakan polisi aktif dari satuan Gegana Korps Brimob Kelapa Dua Depok itu terbukti melakukan dakwaan subsider dari pasal 353 ayat (2) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.

Keringanan tuntutan yang diberikan oleh JPU kepada pelaku, didasarkan atas pengabdian keduanya selama menjalankan tugas sebagai anggota Polri.

Baca Juga: Kalah dalam Perebutan Brand Produk, Ruben Onsu Disebut Harus Hapus nama 'Bensu' dalam Usahanya

Meski mereka telah melakukan tindakan menciderai Institusi Polri, yakni Novel Baswedan.

"Hal yang meringankan, terdakwa belum pernah dihukum, mengakui perbuatan, bersikap kooperatif dan mengabdi sebagai anggota Polsri selama 10 tahun," ujar JPU Ahmad Patoni di Pengadilan negeri Jakarta Utara, dikutip dari Kantor Berita Antara.

JPU mengatakan bahwa pelaku hanya akan memberikan pelajaran pada saksi Novel Baswedan dengan melakukan penyiraman air keras.

"Tapi di luar dugaan ternyata mengenai mata Novel Baswedan yang emnyebabkan mata kanan tidak berfungsi dan mata kiri hanya berfungsi 50 persesn saja artinya cacat permanen sehingga unsur dakwaan primer tidak terpenuhi," tambahnya lagi.

Baca Juga: Susul Indonesia, 31.600 Calon Jemaah Haji Malaysia Batal Berangkat

Penyiraman air keras itu sendiri didasarkan atas motif ketidaksukaan pelaku pada Novel Baswedan.

Pelaku itu menyebut bahwa Novel dianggap telah mengkhianati dan melawan institusi Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri).

"Seperti kacang lupa kulitnya, karena Novel ditugaskan di KPK padahal dibesarkan di institusi Polri, Sok hebat, terkenal dan kenal hukum sehingga menimbulkan niat terdakwa untuk memberikan pelajaran kepada Novel dengan cara membuat Novel luka berat," ungkap Jaksa Patoni.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: Permenpan RB

Tags

Terkini

Terpopuler