Tutup Muktamar Mathla'ul Anwar ke-20, Ma'ruf Amin Minta Komitmen Ajarkan Islam Wasathiyah Terus Dijaga

4 April 2021, 13:40 WIB
Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin meminta kepada para pendakwah untuk melakukan dakwah Islam dengan cara menyejukkan serta bernarasi kerukunan.* //Instagram/@wapresri.go.id

PR TASIKMALAYA- Sejumlah insiden teror yang akhir-akhir ini terjadi di Indonesia serta menyeret agama Islam, turut menjadi perhatian Wakil Presiden (Wapres) Ma'ruf Amin.

Melihat kisruh teror yang terjadi itu, Wapres Ma'ruf Amin pun meminta seluruh pendakwah untuk melakukan dakwah Islam dengan cara yang sejuk dan bernarasi kerukunan.

Permintaan Wapres Ma'ruf Amin yang meminta dakwah Islam bernarasi kerukunan tersebut guna mencegah aksi teror yang telah terjadi tidak terulang di masa mendatang.

Baca Juga: Atta Halilintar Ungkap Ingin Punya 15 Anak dengan Aurel Hermansyah, Begini Reaksi Anang Hermansyah

Hal itu disampaikan Ma'ruf Amin pada Sabtu, 3 April 2021, ketika menutup Muktamar Mathla'ul Anwar ke-20 secara virtual.

Seperti diketahui, dua aksi teror telah terjadi di Indonesia dalam waktu yang berdekatan. Pada Minggu, 28 Maret 2021 aksi teror bom bunuh diri terjadi di depan Gereja Katedral Makassar. Sementara itu, pada Rabu, 31 Maret 2021 aksi teror pun terjadi di kantor Mabes Polri.

Atas aksi tersebut, sontak menuai banyak kecaman dari berbagai kalangan masyarakat.

Baca Juga: KRL Yogyakarta-Solo Alami Peningkatan 31,5 Persen, KAI: Ramai di Akhir Pekan

Sebagaimana diberitakan Pikiran-Rakyat.com dalam judul artikel "Soal Radikalisme, Ma'ruf Amin Minta Dakwah Islam Sejuk dan Bernarasi Kerukunan", sebagai bentuk pencegahan, Wapres Ma'ruf Amin pun menghimbau agar dakwah Islam dilakukan dengan cara yang menyejukkan.

“Saya meminta Mathla'ul Anwar terus menjaga komitmen dan khittah-nya dengan terus mengajarkan Islam yang wasathiyah, yaitu Islam yang ramah bukan Islam yang marah,” katanya.

Dilansir Pkiran-Rakyat.com dari PMJ News, Ma'ruf Amin menuturkan bahwa ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamin harus disampaikan dengan penuh kelembutan dan kedamaian, bukan mengedepankan konflik apalagi dengan menggunakan cara kekerasan.

Baca Juga: KPK Tetapkan Aa Umbara Tersangka Korupsi Dana Bansos Covid-19, Ridwan Kamil Prihatin: Sangat Tidak Terpuji

“Dakwah Islam harus kita jalankan dengan cara dan narasi yang sejuk, narasi kerukunan, bukan narasi konflik apalagi dengan cara kekerasan. Dakwah wasathy juga merupakan tradisi dakwah yang diajarkan oleh KH Mas Abdurrahman,” tuturnya.

Ma'ruf Amin berharap Mathla’ul Anwar menjalankan tugas keulamaan, yaitu membangun kemaslahatan dan kemanfaatan serta menghilangkan kerusakan-kerusakan dan bahaya.

Menurutnya, salah satu bahaya yang tengah dihadapi bangsa Indonesia adalah Covid-19 sebagai bahaya global dan upaya menangkal bahaya Covid-19 merupakan kewajiban.

Baca Juga: Sebut Sulit Cegah Masyarakat Tak Mudik Lebaran, Arief Poyuono: Itu Sudah Jadi Kebutuhan Rohani di Hari Raya

“Karena itu menjadi kewajiban kita semua untuk menangkal bahaya tersebut,” katanya.

Wapres Ma'ruf Amin mengimbau umat Islam untuk menjauhi cara berpikir sempit serta tidak terbuka terhadap perubahan.

Menurut Ma’ruf Amin, pola berpikir demikian menjadi hambatan perkembangan peradaban saat ini.

Baca Juga: Soroti Pernikahan Atta dan Aurel yang Dihadiri Sejumlah Pejabat Negara, Farhat Abbas Beri Saran: Hindari Pak

Ma'ruf memberikan contoh, cara berpikir sempit yang nyata saat ini, salah satunya tidak percaya dengan Covid-19.

Selain itu, juga percaya teori-teori konspirasi tentang sesuatu hal tanpa mencoba untuk memahami fenomena dengan akal sehat dan memanfaatkan ilmu pengetahuan.

Ia menilai, pola pikir tersebut justru menghambat dan kontra produktif terhadap upaya membangun kembali peradaban Islam. Hal itu pula yang menjadi salah satu penyebab negara berpenduduk Muslim banyak mengalami kemunduran.

Baca Juga: Hadir sebagai Wakil Keluarga Atta Halilintar, Bambang Soesatyo Beri Wejangan: Pasti Akan Ditemui Cobaan

Oleh karena itu, sebaiknya cara berfikir yang dikedepankan umat saat ini yakni cara berpikir yang ditonjolkan Rasulullah saw, yaitu moderat, dinamis.

Namun, tetap dalam koridor manhaji dan tidak ekstrem. Ia meyakini pola pikir seperti itu akan membawa umat kembali berjaya saat zaman kejayaan Islam sebelumnya.***(Mutia Yuantisya/Pikiran-Rakyat.com)

 

Editor: Arman Muharam

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler