Harga Cabai Terjun Bebas Capai Rekor Terburuk dalam Dunia Pertanian, Ambyar dan Menyesakkan Hati

- 15 Mei 2020, 11:51 WIB
SEJUMLAH petani cabai keriting di kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tengah memilih cabe yang baru mereka panen.*
SEJUMLAH petani cabai keriting di kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tengah memilih cabe yang baru mereka panen.* //Aris MF/KP

PIKIRAN RAKYAT - Para petani cabai yang berada di Kawalu Kota Tasikmalaya kini tengah dirundung duka. Pasalnya, komoditas yang semula diandalkan bisa memiliki harga jual yang tinggi setiap menyambut Ramadhan dan Idulfitri, nyatanya tidak sesuai ekpektasi.

Berbeda dengan musim Ramadhan 2019 lalu, harga cabai keriting dan cabai merah sempat tembus hingga harga Rp 85.000 per kilogram, kini terjun bebas hingga mencapai harga terendah.

Diketahui, untuk harga dua jenis cabai tersebut kini diterima pasar hanya Rp 2.000 per kilogram saja.

Baca Juga: Satgas Pangan Kota Tasikmalaya Gelar Sidak, Temukan Indikasi Dagi Sapi Impor di Pasar Cikurubuk

"Harga cabai kali ini merupakan rekor terburuk dalam dunia pertanian. Ambyar kalau kata pecinta almarhum Didi Kempot mah," jelas Hendi, petani cabai yang ada di kampung Sukajaya, Kelurahan Urug, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya, Jumat, 15 Mei 2020.

Menurutnya, harga Rp 2.000 per kilogram tersebut sangat menyesakkan hati. Sebab dirinya harus mengeluarkan biaya perawatan, pupuk hingga transportasi angkut cabai yang cukup tinggi.

Sehingga jangankan raih keuntungan, untuk balik modal serta menjamin dapur keluarga dari komoditas yang ditanamnya ia sangat kelimpungan.

Baca Juga: Teriak Menjerit Minta Tolong, Seorang Perempuan Dibakar Hidup-hidup, Polisi Buru Pelaku

"Boro-boro mikirin untung, untuk menyelamatkan tanaman dengan membeli insektisida dan lainnya juga tidak menutupi," ujar dia.

Hal serupa dialami H. Pepen Supriatna, petani cabai TW di Kampung Lewisari, Kelurahan Leuwiliang, Kecamatan Kawalu, Kota Tasikmalaya.

Cabai TW yang biasa banyak dipakai untuk membuat masakan 'besengek' pada momen khas hajatan, juga diterjun bebas di harga Rp 2.000 per kilogram.

Baca Juga: Libatkan Tiga Perusahaan dari Jepang, Workshop Penyusunan KTSP SMKN 2 Tasik Digelar secara Online

"Saat ini, yang menggelar hajatan yang dibarengi resepsi kan tidak ada. Otomatis permintaan akan cabai juga sangat minim," kata Pepen.

Harga rendah sebelumnya terjadi sekitar tahun 2013, di mana kala itu harga cabai merah mencapai Rp 3.500 per kilogram. Namun, kata Hendi, saat itu ancurnya harga cabai hanya berlangsung tidak lebih dari satu bulan.

Akan tetapi saat ini, ujar Hendi, harga rendah itu sudah bertahan lama yakni terhitung lebih dari bulan lalu. Hendi bercerita, tren penurunan harga dimulai Maret lalu.

Baca Juga: Isyaratkan Putus Hubungan dengan Tiongkok, Trump Enggan Bicara dengan Xi Jinping

"Saat itu, harga masih lumayan yakni Rp 3500 per kilogram. Nah, saat diberlakukan karantina wilayah, harga turun drastis hingga tembus Rp. 6.000 dan setelah PSBB, makin anjlok jadi Rp 2.000," kata Hendi.

Kebijakan pemerindah dalam penanganan pandemi Covid-19 tersebut membuat para petani cabai tidak bisa menggapai target pasar andalan mulai pasar Caringin, Gede Bage, Jakarta, Cikurubuk, Manonjaya dan lainnya.

Sebab dengan PSBB, selain kegiatan hajatan yang berkurang, sebagian besar rumah makan serta pelaku usaha kuliner juga ikut tutup.

Baca Juga: Penjualan Daging Babi di Majalengka Tidak Dilarang, Namun Beginilah Syaratnya

Hendy maupun Pepen sempat berinisiatif mengecer produknya ke warung-warung kecil dengan cara door to door bahkan dengan cara online. Akan tetapi, cara ini belum bisa optimal.

"Alhamdulillah harga bisa tembus Rp 7.000 hingga Rp 20.000 per kilogram. Tetapi ke kaminya tetap saja minim, karena ada jasa pengiriman," kata Hendi.

Saat ini, dia hanya berharap pandemi Covid-19 sebagai penyebab adanya kebijakan PSBB, bisa segera usai dan geliat ekonomi bisa segera bangkit. Dirinya mengaku masih menyimpan harapan, karena proses panen baru beberapa kali.

Baca Juga: Terancam Kelaparan akibat Pandemi Covid-19, Dua Panda Raksasa Dipulangkan ke Tiongkok

"Cabai keriting yang kami tanam cenderung bisa bertahan lama dan bisa panen hingga empat hari sekali, atau masa produktif 30 kali panen. Mudah-mudahan masih ada harapan harga cabai lebih baik," katanya.***

 

Editor: Suci Nurzannah Efendi


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah