Kerap Dicap Negatif dan Resahkan Masyarakat, Anak Punk Tasikmalaya: Jangan Pandang Kami Sebelah Mata

14 Februari 2020, 15:10 WIB
Kehidupan anak punk di Tasikmalaya.* //KP/ Asep M Saefuloh

PIKIRAN RAKYAT - Keberadaan anak jalanan yang lebih dikenal dengan anak punk, memang akrab dengan kehidupan kota di berbagai daerah, termasuk di Kota Tasikmalaya.

Mereka kerap ditemukan di pusat-pusat keramaian, seperti taman, perempatan jalan, wilayah pertokoan, dan beberapa tempat umum lainnya.

Banyak di antara mereka yang terlihat mengamen dari satu tempat ke tempat lain, atau menetap menjual suara dan nada gitarnya di sekitaran lampu merah.

Baca Juga: Pendaftaran SNMPTN 2020 Resmi Dibuka, Ketua LTMPT Mohammad Nasih: Segera Perhatikan Kerangka Waktu

Seperti sejumlah anak punk yang ditemui di salah satu persimpangan lampu merah di Kota Tasikmalaya, pada Jumat, 14 Februari 2020 sore.

Mereka terlihat sedang mengamen di antara kendaraan yang berhenti menanti lampu merah kembali berwarna hijau. Sementara, yang lainnya hanya nongkrong di pinggir jalan.

Jika dilihat dari tampilan luar, gaya anak-anak itu memang terlihat kumal, dengan pakaian seperti yang tidak pernah dicuci berhari-hari dan celana jeans sobek. Ada yang menggunakan sendal jepit, ada pula yang menggunakan sepatu.

Baca Juga: Kang Ha Neul, Ahn Jae Hong, Dan Ong Seong Wu Bagikan Kesan Pertama 'Traveler' Musim Kedua Di Argentina

Salah satu di antara anak-anak yang mengamen di tempat itu, Dede mengaku, dirinya sudah kenyang dengan anggapan masyarakat umum tentang anak punk yang selalu negatif.

Tak hanya itu, pria berumur 22 tahun itu juga sadar, masyarakat umum menilai kelakuan dengan tindakan kriminal. Namun, ia tak peduli.

Menurutnya, selama keberadaannya tak merugikan orang lain, orang bebas untuk mengatakan apapun. Kendati begitu, ia tak setuju dengan anggapan orang banyak bahwa anak punk selalu dekat dengan kriminalitas. Kehidupan anak punk di jalanan itu hanya mencari makan dengan cara mengamen.

Baca Juga: The Daddies Siap Tampil di BATC 2020, Simak Pilihan Pemain Putra dalam Perempat Final Melawan Filipina

"Memang tampang kelihatan kriminalitas. Tapi jangan pandang sebelah mata. Mana ada punk nodong? Kita sopan kalau mengamen," kata lelaki dengan tato di kedua lengan dan anting di kedua kupingnya itu.

Dede mengaku, sudah belasan tahun turun ke jalan. Sejak keluar dari sekolah dasar, ia memutuskan menjadi anak jalanan mengikuti kakaknya.

Ia tak mengingat betul alasan memilih jalanan sebagai jalan hidupnya. Yang pasti, ia memiliki masalah dengan rumah. Tak mungkin ada anak yang baik-baik saja di rumah memilih turun ke jalanan dan mencari makan sendiri.

Kehidupan anak punk di Tasikmalaya/ KP/ Asep M Saefuloh

"Di rumah makan minum tidur semua disediain. Kalau gak ada masalah, mana ada anak yang lari kejalan," kata laki-laki asal Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya itu.

Ia menganggap, hidup di jalanan memberikan kenyamanan dan kebebasan bagi anak-anak yang memiliki masalah di rumah. Namun, sebebas-bebasnya, kelompoknya meng-klaim tak pernah berbuat kriminal.

Dede mengetahui, kabar tentang penertiban anak punk yang sedang direncanakan sejumlah pihak di Tasikmalaya. Menurutnya, langkah itu percuma. Sebab, ia merasa tak bersalah, sehingga tak perlu ditertibkan.

Baca Juga: Masuk Daftar 'Travel Ban' Pemerintah Filipina karena Virus Corona, Taiwan Tak Terima: Kami Bukan Daerah Virus

"Kita kan tidak mencuri, tidak menodong, untuk apa ditertibkan? Kita juga gak pakai narkoba, hanya minum tuak paling. Dari mulutnya memang sedikit tercium aroma alkohol," kata Dede.

Tak hanya Dede, yang menolak anak punk dianggap sebagai kriminal. Aray yang juga salah satu di antara mereka pun tak setuju dengan label kriminal yang dengan sembarangan disematkan kepada anak punk.

"Enggak setuju (dianggap kiriminal dan harus ditertibkan, red.). Kita ngamen doang, gak maksa, 
gak mencuri," kata laki-laki dengan lobang di daun telinganya yang sebesar uang logam itu.

Baca Juga: Diduga Sengaja Bunuh Diri, Seorang Wanita Tewas Tertabrak Kereta Api Kahuripan dengan Kondisi Mengenaskan

Pria berusia 17 tahun tersebut mengaku menjadi anak jalanan sejak keluar dari SD saat masih duduk di kelas III.

Ia tak nyaman dengan aturan di sekolahnya karena terlalu ketat. Karena itu, ia memilih jalanan sebab dianggap lebih bebas.

Setelah merasakan hidup di jalanan, ia pun merasakan kenyamanan. Aray juga mendapat banyak teman dari pergaulannya di jalanan.

Baca Juga: Kopdar Bersama Kepala Daerah Se-Jawa Barat, Ridwan Kamil ingin Bertukar Pikiran untuk Pembangunan Jabar Lebih Maju

Ia mengaku, orang tuanya mengetahui keberadaannya saat ini. Namun, orang tuanya tak pernah mempermasalahkan soal itu. Ia pun tak memiliki niat kembali ke rumahnya dalam waktu dekat.

"Saya suka di jalan. Yang penting mah gak berbuat kriminal," tutup Aray.***

 
Editor: Tyas Siti Gantina

Tags

Terkini

Terpopuler