PR TASIKMALAYA - AS kini dan anggota parlemen Eropa kini memberikan tekanan pada Arab Saudi untuk membebaskan seorang pangeran dermawan yang dipenjara selama dua tahun tanpa tuduhan di tengah tindakan keras kerajaan yang meningkat.
Penahanan Pangeran Salman bin Abdulaziz dan ayahnya sejak Januari 2018 adalah bagian dari tindakan keras di bawah penguasa de facto Pangeran Mahkota Mohammed bin Salman yang telah menjerat bukan hanya saingan potensial tetapi juga tokoh-tokoh yang tidak menunjukkan tantangan yang nyata bagi cengkeraman kekuasaannya.
Tindakan lainnya juga telah menyeret anggota keluarga Saad Aljabri, mantan pembantu pangeran dan pejabat tinggi intelijen lainnya yang ditahan, yang melarikan diri ke Kanada dan menyimpan rahasia-rahasia negara.
Baca Juga: Ingin Kalahkan ISS, Tiongkok Ungkap Rencana Stasiun Ruang Angkasa yang akan Mengorbit Tahun 2023
Target yang paling tidak mungkin adalah Pangeran Salman, 37 tahun multibahasa yang berpendidikan di Universitas Sorbonne Paris, yang tampaknya tidak mendukung ambisi politik dan mendapatkan reputasi sebagai 'Cek berjalan kosong' untuk mendanai proyek-proyek pembangunan di negara-negara miskin.
"Ini bukan hanya penangkapan yang melanggar hukum. Ini penculikan siang hari. Ini adalah penghilangan paksa," kata seorang rekan pangeran itu kepada AFP yang dikutip oleh Hindustan Times.
Setelah ditahan selama sekitar satu tahun di penjara Al-Ha'ir dengan keamanan tinggi di dekat Riyadh dan kemudian di sebuah vila pribadi dengan ayahnya Pangeran Abdulaziz bin Salman, sang pangeran dipindahkan ke sebuah situs penahanan rahasia pada bulan Maret.
Baca Juga: DPO Hampir Lima Bulan, Mantan Sekretaris MA Nurhadi Akhirnya Ditangkap KPK
Dia secara misterius kembali ke vila minggu lalu untuk dipersatukan kembali dengan ayahnya, tiga sumber tersebut mengatakan.