Network
PR TASIKMALAYA - China telah terpilih sebagai presiden bergilir Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) untuk periode 2024–2025 setelah absen selama tujuh tahun.
Menurut Mao Ning, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, China telah memulai persiapan untuk melaksanakan tugas presiden SCO dengan baik.
"China memahami pentingnya posisi kepresidenan SCO dan sudah memulai banyak persiapan dalam melaksanakan tugas tersebut," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning kepada pers di Beijing, Senin, 1 Juli 2024, sebagaimana dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari Antara.
SCO adalah organisasi multinasional yang terdiri dari Cina, Rusia, Kazakhstan, Kirgistan, Tajikistan, dan Uzbekistan. India dan Pakistan bergabung dengan SCO pada 2017. Iran akan mengikutinya pada tahun 2023.
Kazakhstan akan menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi ke-24 di Astana pada 3 hingga 4 Juli, di mana Presiden China Xi Jinping dijadwalkan untuk bertemu dengan Presiden Kazakhstan Kassym-Jomart Tokayev dan melakukan pertemuan bilateral dengan Presiden Tajikistan Emomali Rahmon.
Baca Juga: Cek Fakta: Budi Arie Mundur sebagai Menkominfo Buntut Serangan Siber?
Hubungan Tiongkok dengan negara tetangganya, Kazakhstan dan Tajikistan, telah semakin erat dalam beberapa tahun terakhir. China dan Kazakhstan telah memperkuat hubungan mereka melalui berbagai pertemuan dan kerja sama dalam inisiatif Belt and Road, dan China juga bekerja sama dengan Tajikistan di berbagai bidang, termasuk politik dan ekonomi.
Dengan awalnya berfokus pada keamanan regional, SCO telah berkembang menjadi organisasi geopolitik global yang penting. Dengan sekitar 80% daratan Eurasia dan 40% populasi dunia, SCO memainkan peran penting dalam ekonomi dan keamanan regional. Dengan masuknya Iran, SCO sekarang memiliki dominasi kuat di pasar gas dan minyak dunia .
Kepemimpinan China sebagai presiden Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) adalah peristiwa penting dalam sejarah organisasi. Sebagai bagian penting dari SCO, kepemimpinan China sangat penting untuk mendorong kerja sama regional dan mengatasi masalah utama seperti pertukaran budaya, keamanan, dan ekonomi.
