“Jadi pada saat ini, risiko mutasi virus merusak vaksin dan pengembangan obat rendah," tambahnya.
Pernyataan Lan datang di tengah studi yang gencar dilakukan baru-baru ini, sehingga para ilmuwan dari Australia dan Taiwan mengklaim bahwa jenis virus corona yang diisolasi di India membawa mutasi yang dapat menghambat penelitian vaksin global.
Baca Juga: Posisi Jenazah Harus Menghadap Kiblat, RSUD Kota Tasikmalaya Buat Peti Mati Khusus Muslim
Studi non-peer review mengatakan, perubahan telah terjadi pada sebagian protein strutural, bagian vital di bagian luar virus yang memungkinkannya untuk mengikat dan memasuki sel manusia.
Para penulis mengklaim, penelitian telah menunjukkan bahwa mutasi memang dapat terjadi pada bagian-bagian penting dari virus. Sehingga, pengembangan vaksin saat ini terhadap Sars-Cov-2 berisiko besar menjadi sia-sia.
Namun, para ahli lain telah menunjukkan bahwa mutasi yang mengejutkan mungkin disebabkan oleh kesalahan teknis selama proses pengurutan.
Baca Juga: Kenali Alasan Sulit Tertidur Saat Sudah Dewasa dan Cara Mengatasinya
Hasil melalui simulasi komputer dan percobaan laboratorium diperlukan untuk memverifikasi klaim.
Bulan lalu, Zhou Qi, wakil sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Tiongkok, mengatakan mutasi virus memerlukan penelitian lebih lanjut dan Tiongkok sedang melakukan upaya penelitian terkoordinasi untuk mengevaluasi virus dan mengembangkan vaksin.
"Semua penelitian terkendali, mutasi yang kita tahu sekarang tidak mempengaruhi obat, antibodi atau pengembangan vaksin kita.