Meskipun masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah populasi penghuni kota, yang diketahui lebih dari 14 juta jiwa, namun para ahli tetap mengkhawatirkan kenaikan persentase dari kasus-kasus yang belum terlacak saat ini.
Sementara itu, laporan Kantor Berita Jepang Kyodo, mengatakan beberapa orang yang ikut menghadiri pentas musik di Shibuya pada Jumat 20 Maret lalu, harus mengikuti tes Covid-19.
Pasalnya, beberapa pengisi acara dalam gelaran tersebut musik itu, telah dikonfirmasi positif Covid-19, dan menyebakan penambahan jumlah klaster penularan per akhir Maret menjadi 26 lokasi.
Baca Juga: 9 Jenis Virus Mematikan dalam Sejarah Manusia, Nomor Enam Belum Ada Obatnya
Fenomena itu membuat Perdana Menteri Shinzo Abe, didesak untuk segera menetapkan status baru bagi Jepang, sebagai negara darurat kesehatan nasional,
Diketahui, desakan itu datang dari sejumlah tokoh milyader Jepang yang merasa ketakutan akan menyusulnya kondisi penyebaran virus corona yang begitu masif seperti terjadi di negara lain, terutama kawasan Eropa (episentrum Covid-19).
Tokoh milyader yang terdiri dari pengusaha bernama Rakuten dan pemilik perusahaan dagang bernama Hiroshi Mikirani, tetap berusaha mendesak Gubernur Jepang untuk mengubah status negara Jepang dengan mencuitkannya di berbagai lini media sosial.
"Bagaimana mungkin Anda mengatakan ini bukanlah situasi darurat? Bapak Abe, tolong nyatakan status darurat saat ini juga!" tulis Mikitani dalam cuitan di Twitter.
***