Tetapi Kenneth Chan, direktur Pusat Penelitian Tata Kelola Komparatif dan Kebijakan Publik di Universitas Baptis Hong Kong, mengatakan rendahnya jumlah pemilih adalah pesan yang dikirimkan pemilih pro-demokrasi kepada pihak berwenang.
“Tentu saja, pemerintah tidak akan mengakui ini adalah semacam referendum atas kinerja mereka, tetapi pemilih juga tahu bahwa pemilihan ini bukan tentang siapa yang mendapat kursi,” kata Chan.
“Tingkat partisipasi yang rendah menunjukkan sejauh mana orang-orang di sini senang dengan keadaan di Hong Kong,” sambungnya.
Kepala eksekutif Hong Kong, Carrie Lam, mengatakan bahwa baik Beijing maupun pemerintah daerah tidak menetapkan target untuk tingkat partisipasi pemilih.
Sebaliknya, Lam mengatakan targetnya adalah agar pemilihan berlangsung seefisien mungkin.***