Sebut sebagai Bukti Risiko Menentang Kekerasan, Aktivis HAM Serukan Penyelidikan Pembunuhan Pemimpin Rohingya

- 3 Oktober 2021, 14:20 WIB
Aktivis HAM menyerukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan pemimpin Rohingya di Bangladesh, sebut bukti nyata risiko menentang kekerasan.
Aktivis HAM menyerukan penyelidikan terhadap kasus pembunuhan pemimpin Rohingya di Bangladesh, sebut bukti nyata risiko menentang kekerasan. /Foto: Reuters/ Mohammad Ponir Hossain//

Baca Juga: Tips Menjadi Ayah yang Baik dan Hebat, Salah Satunya Ajak Anak untuk Bermain Bersama

Mereka ​​termasuk pengungsi, aktivis dan pekerja kemanusiaan dari Rohingya serta komunitas lokal. Banyak dari orang-orang itu memiliki keprihatinan yang sama tentang keselamatan mereka.

“Beberapa kelompok telah mengorganisir berbagai jenis kegiatan kriminal, dari operasi kartel narkoba hingga menyandera pengungsi dan pembunuhan yang terjadi. Jadi itu jelas menunjukkan siapa yang bisa berada di baliknya,” ujar Saad Hammadi, juru kampanye Amnesty Asia Selatan.

“Sangat penting bagi para pengungsi untuk diberikan keamanan di kamp-kamp sampai mereka dapat kembali.

Baca Juga: Pertama Kali Sejak Joe Biden Menjabat, AS Jatuhkan Dakwaan pada Pejuang Asing ISIS: Suara di Balik Kekerasan

“Ketika pemerintah mengatakan akan membawa para pelaku ke pengadilan, pemerintah juga harus memastikan bahwa mereka diadili dalam pengadilan yang adil dan ada transparansi dalam penyelidikan,” tandasnya.

Mohibullah dikenal sebagai seorang moderat yang mengadvokasi Rohingya untuk kembali ke Myanmar sejak hak-hak mereka ditolak selama beberapa dekade penganiayaan.

Dia adalah pemimpin Masyarakat Rohingya Arakan untuk Perdamaian dan Hak Asasi Manusia, yang didirikan pada 2017.

Baca Juga: Dapat Suprise Mewah dari Aurel Hermansyah, Atta Halilintar: Tumben Aku Dikasih Hadiah!

Kelompok itu bekerja untuk mendokumentasikan kekejaman terhadap Rohingya di negara asal mereka Myanmar dan memberi mereka suara dalam komunitas internasional tentang masa depan.

Halaman:

Editor: Linda Agnesia

Sumber: Al Jazeera


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah