Pembantaian itu terjadi setelah, televisi pemerintah memperingatkan demonstran akan ditembak di kepala atau punggung jika melakukan protes pada peringatan Hari Angkatan Bersenjata.
"Pada Hari Angkatan Bersenjata Myanmar, pasukan keamanan membunuh warga sipil tak bersenjata, termasuk anak-anak, orang-orang yang mereka bersumpah untuk melindungi. Pertumpahan darah ini mengerikan,” kata Duta Besar AS Thomas Vajda dalam sebuah pernyataan.
"Ini bukan tindakan militer atau polisi profesional," ujarnya.***(Julkifli Sinuhaji/Pikiran-Rakyat.com)