Sempat Terhenti karena Kasus Kematian, Brasil Lanjutkan Uji Klinis Vaksin Sinovac

12 November 2020, 11:02 WIB
Ilustrasi vaksin virus corona. Otoritas Brasil umumkan satu relawan uji klinis vaksin meninggal dunia pada Rabu 21 Oktober 2020. /Dok PRFM.

PR TASIKMALAYA – Uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 di Brazil dilanjutkan, setelah sebelumnya terhenti karena terjadi kematian pada seorang peserta.

Tetapi hal tersebut telah dibantah oleh pihak pejabat dari pemerintah Brasil. Pihaknya mengklaim, kematian tersebut tidak ada hubungannya dengan uji klinis vaksin Covid-19. 

Oleh karena itu, otoritas kesehatan Brasil telah mengizinkan kembali untuk melakukan uji klinis tahap akhir vaksin Covid-19 Sinovac asal Tiongkok.

Baca Juga: 12 November Diperingati sebagai Hari Ayah, Tiap Negara Berbeda Tanggal Lho!

Institut medis Brasil, Butantan, mengatakan dalam sebuah keterangan bahwa uji klinis akan dilakukan Rabu, 11 November 2020 malam.

Sebelumnya, Presiden Brasil Jair Bolsonaro, seorang pengkritik lama Tiongkok yang tanpa dasar menolak vaksin Sinovac karena kurang kredibilitasnya.

Kini, ia justru memuji penangguhan uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac pada Senin, 9 November 2020, sebagai kemenangan pribadi.

Baca Juga: Megawati Sebut 'Jakarta Amburadul', DRPD DKI: Tak Ada perubahan Sejak Kepemimpinan Anies

Meskipun demikian, Bolsonaro menegaskan bahwa pemerintahnya akan membeli vaksin apa pun yang disetujui oleh Anvisa dan kementerian kesehatan.

Penangguhan uji klinis tersebut mendapat kritik dari penyelenggara uji klinis vaksin Sinovac yang telah memasuki tahap akhir.

Mereka mengatakan bahwa tidak perlu penghentian penelitian karena kematian seseorang itu tidak ada kaitannya dengan vaksin, sebab diketahui ia bunuh diri.

Baca Juga: Angkat Tema Karantina, Film ‘Quarantine Tales’ Produksi 5 Alur Cerita

Penangguhan tersebut semakin mengobarkan ketegangan antara Bolsonaro dan Gubernur Sao Paulo, Joao Doria.

Doria telah menyematkan ambisi politiknya pada vaksin Tiongkok yang ia rencanakan untuk diluncurkan di negara bagiannya pada awal Januari, dengan atau tanpa bantuan federal.

Regulator kesehatan Brasil, Anvisa, mengatakan dalam pernyataannya bahwa informasi awal yang diterimanya tentang kasus tersebut, yang menyebabkan penangguhan, tidak lengkap dan tidak memiliki penyebab "kejadian buruk yang parah".

Baca Juga: Mengharukan, Mantan Balerina Penderita Alzheimer Bereaksi saat Dengar Musik Swan Lake

Anvisa dengan tegas menepis anggapan bahwa keputusan itu bisa jadi bermotif politik.

"Setelah mengevaluasi data baru yang disajikan oleh sponsor. Anvisa memahami bahwa itu memiliki alasan yang cukup untuk memungkinkan dimulainya kembali vaksinasi.

“Penting untuk diklarifikasi bahwa penangguhan tidak selalu berarti bahwa produk yang sedang diselidiki tidak menawarkan kualitas, keamanan atau kemanjuran," ujar Anvisa dikutip PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari The Guardian.

Baca Juga: Ucapan Mega Dikaitkan Harapan Soekarno, Fadli Zon: yang Bagus Mungkin yang Tinggal di Istana

"Kami yakin dengan keamanan vaksin, sepenuhnya memahami dan menghargai pengawasan ketat Anvisa dan dimulainya kembali studi klinis tepat waktu," tanggapan pihak Sinovac dalam sebuah keterangan.

Brasil memiliki salah satu wabah Covid-19 terburuk di dunia, dengan lebih dari 5,7 juta kasus terkonfirmasi dan 163.000 kematian terkait dengan penyakit tersebut.

Bolsonaro mendapat kecaman karena terus-menerus menolak keadaan virus dan bahayanya.

Baca Juga: Berharap Uji Coba Vaksin Covid-19 Dilakukan dengan Jujur, dr. Tirta: Semoga Tak Terburu-Buru

Pada Selasa, 10 November 2020, Bolsonar sempat menyatakan jangan menjadi penakut soal virus corona, karena setiap orang akan mati suatu hari nanti.***

Editor: Tyas Siti Gantina

Sumber: The Guardian

Tags

Terkini

Terpopuler