Pembakaran Gereja hingga Pos Polisi, Peringatan Satu Tahun Demonstrasi di Chili Berakhir Ricuh

19 Oktober 2020, 19:44 WIB
ILUSTRASI Gereja.*/CANVA /

PR TASIKMALAYA - Sejak pagi hari, puluhan ribu warga Chili berkumpul di alun-alun Kota Santiago untuk memperingati satu tahun demonstrasi massa yang menewaskan lebih dari 30 orang dengan ribuan orang yang terluka.

Dikutip oleh PikiranRakyat-Tasikmalaya.com dari france24, berkumpulnya warga Chili ini tidak hanya terjadi di Kota Santiago, tapi juga kota-kota lain di seluruh negeri.

Menjelang sore warga yang berkumpul kian banyak dan situasi berujung tidak terkendali sepanjang malam.

Baca Juga: Inilah Hasil Autopsi dari Jasad Bandar Narkoba Asal Tiongkok Cai Changpan

Spanduk dengan simbol dan warna-warni pelangi bermunculan, menyerukan jawaban ‘ya’ untuk pemungutan suara dalam pemilihan hari minggu yang akan datang dengan referendum yang masih sama dengan protes tahun 2019, tentang apakah Konstitusi era kediktatoran negara itu akan dibatalkan.

Demonstrasi itu secara garis besar dimulai dengan damai, kemudian insiden kekerasan meningkat, dilanjutkan dengan penjarahan supermarket dan bentrokan dengan polisi di seluruh ibu kota.

Di beberapa daerah, kekacauan diperparah oleh sirene truk pemadam kebakaran, pembakaran barikade di jalan raya, dan kembang api yang disulut di jalanan pusat kota.

Victor Perez, Menteri Dalam Negeri Chili, angkat bicara dengan memuji demonstrasi yang berawal damai namun meledak dengan kekacauan menjelang tengah malam.

Baca Juga: Untuk Bekal Usai Bebas Nanti, 106 Warga Binaan Rutan Ikuti Pelatihan Memasak

Dia meminta warga untuk menyelesaikan perbedaan pandangan dengan memberikan suara dalam referendum konstitusi pada 25 Oktober 2020 mendatang.

"Mereka yang melakukan tindakan kekerasan ini tidak ingin warga Chili menyelesaikan masalah melalui cara-cara yang demokratis," komentar Victor kepada wartawan, seraya berjanji akan menghukum mereka yang melanggar batas.

Di pagi hari, massa yang marah mencemooh dan mengancam seorang walikota Partai Komunis. Kemudian, orang-orang bertopeng mengebom sebuah markas polisi dan gereja.

Para perusak itu kemudian menyerang gereja Santiago yang lainnya di sore hari, serta membakar puncak menara sehingga jalan-jalan di sekitar tertutup oleh asap.

Baca Juga: Seniman di Banyumas Jawa Tengah Gelar Deklarasi Aksi Damai Tolak Demo Anarkis

Lebih dari 15 stasiun metro ditutup sementara di tengah kerusuhan. Polisi menembakkan gas air mata dan meriam air dalam pertempuran kecil dengan orang-orang yang sesekali melancarkan aksi kekerasan dengan mengenakan tudung dan masker.

Protes tahun lalu, yang dimulai pada 18 Oktober, berkecamuk sampai dengan pertengahan bulan Desember. Warga Chili berkumpul di seluruh penjuru negeri untuk menyerukan reformasi sistem pensiun, kesehatan, dan pendidikan.

Kerusuhan dan penjarahan tersebut mengakibatkan kerusakan dan kerugian hingga miliaran dolar untuk bisnis dan infrastruktur negara, serta mengharuskan pasukan militer turun ke jalan untuk pertama kalinya sejak pemerintahan diktator Augusto Pinochet.

Polisi memperkirakan unjuk rasa hari pada hari minggu kemarin di Santiago telah menarik sekitar 25.000 orang pada pukul 6 sore, masih jauh lebih kecil dari protes terbesar yang terjadi di tahun 2019.

Baca Juga: Langgar Larangan Protes Pemerintah, Ribuan Orang di Bangkok Kembali Lancarkan Demonstrasi

Dalam beberapa hari terakhir, demonstrasi skala kecil dan insiden kekerasan yang terisolasi telah muncul kembali di Chili, ketika 6 juta warga ibu kota keluar dari rumah mereka setelah berbulan-bulan menjaga jarak akibat pandemi Covid-19.

Sebagian besar pengunjuk rasa pada hari Minggu mengenakan masker. Namun, masih banyak kelompok yang berdesakkan dan meningkatkan potensi risiko kesehatan.***

Editor: Rahmi Nurlatifah

Sumber: France24

Tags

Terkini

Terpopuler